Bus antar kota itu meraung di jalanan, membelah senja yang mulai menguning. Di salah satu bangkunya, seorang pemuda berusia dua puluh empat tahun duduk di samping seorang pria paruh baya. Wajah si pemuda memancarkan kegembiraan yang sulit disembunyikan, seperti anak kecil yang baru menemukan dunia baru.
Tiba-tiba ia menempelkan wajahnya ke kaca jendela, matanya berbinar takjub. Dengan suara penuh gairah yang menggetarkan udara, ia berteriak,
"Ayah! Lihat! Pepohonannya... berlarian ke belakang!"
Sang ayah menoleh, tersenyum kecil. Bukan senyum biasa, melainkan senyum yang penuh makna — semacam perayaan sunyi atas keajaiban kecil yang hanya mereka berdua pahami.
Tak jauh dari mereka, sepasang suami istri muda memperhatikan. Di mata mereka, tingkah si pemuda itu tampak aneh... kekanak-kanakan, bahkan memancing rasa kasihan yang samar.
Belum sempat suasana tenang, si pemuda kembali menunjuk ke luar dengan semangat yang meletup,
"Ayah! Lihat! Awan-awan itu! Mereka berlari bersama kita!"
Pasangan muda itu bertukar pandang, gelisah. Akhirnya, dengan suara setengah berbisik namun cukup keras untuk terdengar, mereka berkata kepada pria tua itu,
"Maaf, Pak... mungkin sebaiknya Bapak membawa anak Bapak ke dokter yang lebih ahli."
Pria tua itu menghela napas perlahan, seolah menimbang ribuan kenangan yang bergulir di balik matanya. Lalu, dengan suara tenang tapi berat, ia berkata,
"Kami baru saja dari rumah sakit... Anakku ini... telah buta sejak lahir. Hari ini... hari ini pertama kalinya dia melihat dunia."
Kata-katanya jatuh seperti batu ke dalam danau yang tenang, menciptakan gelombang keheningan yang memukul keras.
Pasangan muda itu membisu, malu. Mereka tak tahu—tak akan pernah benar-benar tahu—tentang puluhan tahun perjuangan pria itu. Tentang doa-doa yang dikirim ke langit malam. Tentang setiap tetes harapan yang dipertaruhkan, setiap pengorbanan yang diam-diam menggerus dirinya sendiri, demi satu impian sederhana: melihat putranya melihat.
Pesan moral:
Tak semua yang tampak aneh adalah salah. Tak semua yang terlihat biasa adalah sederhana.
Setiap manusia menyimpan lautan cerita di balik matanya. Dan sebelum kita menghakimi, mungkin sebaiknya kita belajar... untuk melihat lebih dalam.