8.5.25

Kunyil si Kura-Kura - Dongeng Anak

 

Gambar hitam putih untuk mewarnai

Kunyil si Kura-Kura terkenal... pelan.
Kalau jalan, kayak loading video sinyal 1 bar.
Kalau mikir, kadang jawabannya keluar besok.

Tapi Kunyil punya satu hal yang bikin iri hewan-hewan lain: dia bawa rumah ke mana-mana!
Mau hujan badai, panas terik, dikejar sigung, atau disemprot Lala si Laba-Laba (yang suka main jaring iseng), dia tinggal masuk ke rumah dan... beres.

“Enak ya, Kun. Gak perlu bayar cicilan daun tiap bulan,” kata Sigi sigung.
“Aku sih santai. Mau ke mana pun, rumah ikut,” jawab Kunyil dengan senyum lambat.

Suatu hari, Raka si Rangkong yang baru balik dari hutan seberang datang dengan kabar heboh.

“Akan ada Lomba Pindah Rumah! Siapa yang bisa bawa rumah paling jauh, dia pemenangnya!” seru Raka Rakun, sambil pamer peta besar.
“Pemenangnya dapat... sebidang tanah hijau di dekat Air Terjun Pelangi!”

Semua hewan langsung sibuk: ada yang nyeret pondok, ada yang gotong gua portabel, bahkan Lala nyulam rumah dari jaring super elastis. Tapi Kunyil?
Dia cuma... ngunyah daun dan jalan santai. Karena ya... rumahnya udah nempel.

“Kun, kamu ikutan gak?”
“Iya.”
“Persiapannya mana?”
“Lagi saya injak.”

Hari lomba tiba. Hewan-hewan ngangkut rumah sambil megap-megap, berkeringat, ada yang tersandung, ada yang rumahnya roboh.
Sementara Kunyil?
Jalan... pelan... pasti...
Pelan... berhenti ngopi...
Pelan lagi... ngemil jamur...
Pelan... nyanyi-nyanyi...

Beberapa hewan mulai nyinyir.

“Ih, dia jalan lambat banget. Gak bakal menang deh.”
“Kita udah 7 bukit, dia masih di pohon pisang tadi!”

Tapi satu per satu peserta kelelahan. Rumah Sigi jatuh ke rawa, jaring Lala nyangkut di ranting, pondok Raka kepentok batu dan terbelah dua.

Dan saat sore menjelang, seekor hewan mungil mendekat garis akhir... dengan rumah utuh, senyum santai, dan semangat abadi.

“Halo semua... saya sampai ya...”
“Kunyiiil???”
“Iya. Rumahku masih lengkap. Bahkan piring di dalam gak goyang.”

Akhir Cerita:

Kunyil resmi jadi juara Lomba Pindah Rumah pertama di Hutan Mutiara.
Ia mendapat sebidang tanah hijau di dekat air terjun, tapi dia malah berkata:

“Boleh aku bagikan buat yang butuh rumah? Aku kan udah punya.”

Semua hewan terdiam. Rasa kagum, haru, dan malu campur jadi satu.

Pesan Moral:

Kadang, yang terlihat lambat bukan berarti lemah. Dan yang tampak tenang, justru punya segalanya yang dibutuhkan—tanpa perlu membuktikan apapun. Kecepatan itu hebat, tapi konsistensi dan ketulusan... jauh lebih kuat.


Previous Post
Next Post

Author:

Iqbalnana.com

Iqna menyajikan berbagai cerita pendek, kisah inspiratif, dan tips gaya hidup yang menyegarkan. Temukan template kreatif, gambar menarik, dan konten hiburan yang menginspirasi di sela waktu senggang anda.