Konflik Israel - Palestina: Apa yang Sebenarnya Diperebutkan?
⚔️ Ketika sejarah, tanah, keyakinan, dan kekuasaan bertabrakan dalam satu titik kecil di Timur Tengah.
๐ฐ️ 1. Awal Mula: Bukan Cuma "Pendatang Baru"
Banyak orang berpikir Israel adalah "negara buatan" yang baru dibentuk tahun 1948 dan langsung "menjajah" Palestina. Kenyataannya, sejarahnya jauh lebih panjang dan sangat kompleks.
Sebelum 1948, wilayah itu disebut Palestina Mandat Britania (1917–1948), setelah runtuhnya Kekhalifahan Ottoman.
Wilayah itu dihuni oleh:
Mayoritas Arab Palestina (Muslim & Kristen)
Minoritas Yahudi (yang terus berdatangan sejak akhir 1800-an lewat gerakan Zionisme)
๐ Apa itu Zionisme?
Gerakan nasionalisme Yahudi yang muncul di Eropa abad ke-19 karena penindasan dan anti-Semitisme, terutama di Rusia dan Eropa Timur. Mereka ingin membentuk tanah air untuk orang Yahudi, dan tanah yang dianggap suci adalah Yerusalem dan sekitarnya—Tanah Kanaan dalam kitab suci mereka.
๐ฅ 2. 1948: Negara Israel Didirikan, Perang Dimulai
๐ 1947: PBB membagi Palestina jadi dua negara:
Negara Yahudi (Israel) → 55% wilayah
Negara Arab Palestina → 45% wilayah
Yerusalem → zona internasional
๐ฅ Ditolak oleh negara-negara Arab.
Saat Israel mendeklarasikan kemerdekaan 14 Mei 1948, koalisi Arab (Mesir, Yordania, Suriah, Irak, Lebanon) menyerang Israel.
Israel menang. Sekitar 700.000 warga Arab Palestina terusir—peristiwa ini disebut "Nakba" (bencana) oleh warga Palestina.
๐ช 3. Lalu, Kenapa Warga Palestina Terusir?
Alasan pengusiran tidak tunggal, tapi bisa disarikan jadi:
Strategi militer: Israel khawatir warga Arab akan jadi "musuh dalam selimut".
Pembersihan etnis: sebagian sejarawan menyebut ada unsur sistematis dalam pengusiran warga Arab.
Efek perang: warga sipil seringkali jadi korban pengungsian massal akibat perang.
Sejak saat itu, konflik tidak pernah benar-benar berhenti.
๐ฏ 4. Mengapa Israel Begitu Ngotot Menguasai Tanah Itu?
a. Agama & Identitas
Zionisme memandang Israel sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan.
Tanah suci tiga agama (Yahudi, Kristen, Islam)—khususnya Yerusalem—menjadi poin konflik yang sangat sensitif.
b. Keamanan Nasional
Israel dikelilingi negara-negara Arab yang pernah menyatakan perang terhadapnya.
Mereka percaya bahwa ekspansi wilayah adalah cara bertahan hidup.
Pendudukan wilayah Palestina dianggap sebagai zona buffer pertahanan.
c. Politik Dalam Negeri
Partai-partai sayap kanan di Israel memperoleh suara dari janji menjaga “tanah air Yahudi”.
Ada dukungan dari kelompok Yahudi ultra-ortodoks dan pemukim radikal yang menganggap tanah Palestina sebagai warisan ilahi.
๐ค 5. Lalu, Kenapa Dunia Mendukung/Membiarkan Israel?
a. Dukungan AS dan Sekutu Barat
Israel adalah sekutu strategis AS di Timur Tengah.
Lokasi ideal untuk:
Pengawasan konflik regional
Akses militer
Penyeimbang kekuatan Iran, Suriah, dll.
Banyak politisi AS mendapat dukungan dari lobi pro-Israel.
b. Rasa Bersalah Eropa
Setelah Holocaust (6 juta Yahudi dibantai Nazi), banyak negara Eropa merasa perlu “mengembalikan rumah” bagi orang Yahudi.
Maka, legitimasi moral Israel sangat kuat di Eropa Barat sejak Perang Dunia II.
๐งจ 6. Apa yang Diperebutkan Saat Ini?
Isu: Mengapa Jadi Konflik?
Tanah & Permukiman: Israel terus membangun permukiman Yahudi di tanah yang diklaim Palestina
Yerusalem: Dua bangsa, tiga agama, satu kota suci. Semua ingin klaim penuh.
Hak Kembali: 5 juta pengungsi Palestina ingin kembali. Israel menolak.
Keamanan: Hamas vs Israel. Roket, serangan udara, dan blokade terjadi berulang kali.
Pengakuan Negara: Palestina ingin status negara penuh, Israel dan sekutu menolak.
๐ง Kesimpulan: Ini Bukan Sekadar "Penjajahan Modern"
Konflik Israel–Palestina bukan sekadar soal tanah atau etnis. Ini adalah perpaduan kompleks antara sejarah, agama, identitas nasional, dan geopolitik internasional.
Dalam konflik ini, narasi masing-masing pihak tampak mutlak benar di mata pendukungnya. Tapi, bagi mereka yang kehilangan rumah, tanah, atau anak-anak, semua kebenaran itu hanya luka yang panjang.
DISCLAIMER
Artikel ini tidak berpihak kepada Israel maupun Palestina. Tujuannya adalah memberikan gambaran sejarah, strategi geopolitik, dan realitas di lapangan yang sering kali disederhanakan dalam narasi media. Ini bukan soal membenarkan, melainkan memahami.
Posting Komentar
0 Komentar