Laut China Selatan: Laut Kecil, Konflik Besar
📍 Di Mana Laut China Selatan?
Laut China Selatan adalah perairan luas yang membentang dari selatan Tiongkok hingga ke ujung barat laut Indonesia. Laut ini berbatasan dengan beberapa negara:
- China (Tiongkok)
- Vietnam
- Filipina
- Malaysia
- Brunei
- Indonesia (bagian Natuna)
Area ini kaya akan sumber daya alam dan menjadi jalur perdagangan utama dunia. Karena itu, ia menjadi “medan rebutan halus” banyak negara.
🧭 Apa yang Diperebutkan?
1. Kepentingan Ekonomi
Diperkirakan memiliki cadangan minyak dan gas bumi yang besar di dasar laut.
Laut ini adalah salah satu jalur pelayaran tersibuk dunia. Sekitar $3–5 triliun perdagangan internasional melewati wilayah ini setiap tahun.
2. Wilayah Penangkapan Ikan
Laut China Selatan menyumbang sekitar 12% tangkapan ikan dunia.
Wilayah ini sangat penting bagi nelayan tradisional dari negara-negara ASEAN dan China.
3. Kepentingan Militer & Strategis
Siapa menguasai laut ini, bisa mengatur pergerakan logistik dan militer di Asia Pasifik.
Amerika Serikat aktif melakukan Freedom of Navigation Operations (FONOP) sebagai bentuk perlawanan terhadap klaim sepihak Tiongkok.
🏝️ Pulau dan Karang Sengketa
Konflik terfokus pada sejumlah gugusan pulau, karang, dan atol, seperti:
Spratly Islands Diklaim oleh: China, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei
Paracel Islands Diklaim oleh: China, Vietnam, Taiwan
Scarborough Shoal Diklaim oleh: China, Filipina, Taiwan
Natuna Utara (ZEE Indonesia) Diklaim oleh: Tidak diklaim China secara langsung, tetapi masuk dalam “nine-dash line”
🇨🇳 Apa Itu Nine-Dash Line?
Nine-dash line adalah klaim sepihak China yang mencakup hampir 90% Laut China Selatan. Garis ini tidak diakui oleh hukum internasional dan ditolak oleh:
Filipina (yang menggugat ke Mahkamah Arbitrase Internasional tahun 2013)
Negara ASEAN lainnya
Amerika Serikat dan sekutunya
⚖️ Hukum Internasional vs Klaim Sepihak
UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea):
Menetapkan bahwa zona ekonomi eksklusif (ZEE) adalah 200 mil laut dari garis pantai.
China adalah salah satu penandatangan, tetapi sering bertindak seolah aturan ini tidak berlaku di Laut China Selatan.
Putusan Arbitrase 2016:
Dimenangkan Filipina, menyatakan klaim “nine-dash line” tidak memiliki dasar hukum.
China menolak putusan tersebut dan terus memperkuat kehadiran militernya.
🛠️ Strategi China di Laut China Selatan
Membangun pulau buatan: Menambah luas daratan di Spratly dan Paracel untuk dijadikan pangkalan militer.
Mengusir nelayan asing: Termasuk nelayan dari Filipina dan Indonesia.
Mengirim kapal coast guard dan milisi maritim bersenjata.
Mendekati negara ASEAN secara ekonomi untuk meredam kritik diplomatik.
⚔️ Keterlibatan Negara Besar
Amerika Serikat: Aktif melakukan patroli laut dan udara untuk menegaskan kebebasan navigasi.
Jepang & Australia: Mendukung pendekatan hukum internasional dan kedaulatan maritim.
ASEAN: Terpecah sikapnya, karena sebagian negara takut kehilangan kerja sama ekonomi dengan China.
🇮🇩 Bagaimana Dampaknya bagi Indonesia?
Zona Laut Natuna Utara sempat dimasuki kapal-kapal China yang mengklaim “traditional fishing ground”.
TNI AL dan Bakamla beberapa kali melakukan operasi penegakan hukum.
Indonesia tetap memegang teguh prinsip ZEE berdasarkan UNCLOS dan tidak mengakui nine-dash line.
🎯 Kesimpulan
Laut China Selatan bukan sekadar laut, melainkan cermin kepentingan global. Ia memperlihatkan:
Ketegangan antara hukum internasional dan kekuatan ekonomi/militer.
Ketidakseimbangan kekuatan di Asia Tenggara.
Pentingnya strategi diplomasi, koalisi regional, dan supremasi hukum.
Jika konflik ini dibiarkan tak terselesaikan, bisa memicu eskalasi militer, degradasi lingkungan laut, hingga perang dingin baru. Namun jika diselesaikan dengan dialog, bisa menjadi model baru bagi solusi konflik maritim global.
📌 Catatan:
Artikel ini bersifat netral dan tidak berpihak pada negara manapun. Tujuannya adalah memberikan gambaran obyektif dan terstruktur mengenai situasi geopolitik di Laut China Selatan serta konsekuensi global yang ditimbulkannya.
Posting Komentar
0 Komentar