3.5.25

Kiko Si Kucing Rumahan dan Kwak Si Gagak Nyinyir - Cerita Dongeng

 

Kiko Si Kucing Rumahan dan Kwak Si Gagak Nyinyir

Pada zaman dahulu, di sebuah desa pinggir hutan yang damai, hiduplah seekor kucing gendut bernama Kiko. Bulu Kiko putih belang hitam, matanya bulat, dan perutnya… yah, sedikit meluber.

Aktivitas harian Kiko sangat padat:

Bangun tidur.

Makan.

Meringkuk di dekat jendela.

Menguap.

Tidur lagi.

“Kerjaannya cuma gitu doang!” ujar seekor burung gagak bernama Kwak, yang tinggal di pohon depan rumah manusia tempat Kiko tinggal.

Kwak adalah tipe burung yang sangat aktif, cerewet, dan suka mengomentari hidup makhluk lain.

“Aku tiap hari terbang jauh cari makan, ngumpulin ranting, nyari tempat berteduh dari hujan. Eh dia? Duduk manja di bantal empuk sambil ngeong-ngeong manja ke manusia! Dasar kucing rumahan pemalas!”

Kiko hanya mendongak sedikit, lalu menguap panjang. “Yawdah sih, gak usah nonton hidupku…”

“Dan kamu itu kucing, ya! Tapi gak pernah nangkep tikus! Apa gunanya kamu hidup bareng manusia?”

Kiko menoleh malas. “Eh, jangan salah. Aku emang gak suka berburu, tapi kehadiranku aja udah cukup bikin tikus gak semena-mena.”

Kwak cengar-cengir. “Ngaku-ngaku penting, padahal cuma makan dan tidur. Aku lebih respek sama kucing liar di hutan. Mereka mandiri, tangguh, keren!”

Kiko mengangkat ekornya pelan dan berjalan menuju tempat makan. “Aku gak butuh keren. Aku cuma pengen hidup damai.”

Kwak masih terus membanding-bandingkan. Tapi malam itu, hujan deras mengguyur desa. Kwak yang biasanya tidur di ranting basah gemetar kedinginan. Angin membuat sarangnya terbang, dan ia terduduk lemas di pagar rumah.

Tanpa banyak bicara, Kiko mendorong pintu kaca dengan hidungnya, membiarkannya sedikit terbuka. Lalu ia menjatuhkan selimut kecil ke dekat jendela.

Kwak melirik, ragu-ragu... tapi akhirnya masuk dan menghangatkan diri di dekat perapian.

“Kenapa kamu nolong aku?” tanya Kwak pelan.

“Karena aku gak nyimpen dendam,” jawab Kiko sambil meregangkan kaki. “Dan karena aku tahu… hidup gak harus sama untuk bisa saling berguna.”

Esok paginya, Kwak terbang lagi. Tapi kini ia tidak lagi nyinyir. Ia tahu, meski Kiko tidak terbang tinggi, tidak berburu, dan tidak suka berpetualang, ia punya tempat dan peran yang penting dalam hidup sekitarnya.


Pesan Moral:

Jangan meremehkan yang terlihat malas atau tidak sesuai ekspektasi kita. Setiap makhluk punya cara hidup dan manfaatnya masing-masing—yang kadang justru tak terlihat oleh mata, tapi sangat dirasakan oleh yang lain.

Previous Post
Next Post

Author:

Iqbalnana.com

Iqna menyajikan berbagai cerita pendek, kisah inspiratif, dan tips gaya hidup yang menyegarkan. Temukan template kreatif, gambar menarik, dan konten hiburan yang menginspirasi di sela waktu senggang anda.