Pernah nggak Anda lihat produk dengan harga dua kali lipat, padahal spesifikasinya hampir sama dengan produk biasa? Misalnya, tas seharga 8 juta yang fungsinya sama saja dengan tas 400 ribuan—sama-sama bisa buat naruh dompet, bedak, dan charger.
Tapi tetap laku keras. Laris. Dan... punya pelanggan yang loyal sampai bela-belain ikut waiting list berbulan-bulan.
Selamat datang di dunia brand premium. Strategi bisnis yang menjual bukan cuma produk, tapi prestise dan kepercayaan.
APA ITU STRATEGI "MAHAL TAPI DICINTAI"?
Ini strategi bisnis yang menjadikan merek sebagai pusat nilai jual utama. Harga ditinggikan bukan karena biaya produksi, tapi karena positioning: produk itu bukan sekadar alat, tapi simbol status, kualitas, dan taste.
Contohnya:
iPhone, padahal banyak Android yang lebih “ngebut”.
Starbucks, padahal kopi di warung sebelah juga enak.
Air mineral berbotol kristal mewah—padahal isinya… ya, air.
MENGAPA STRATEGI INI DILAKUKAN?
1. Margin untung tinggi.
Jualan satu barang bisa setara untungnya dengan jual 10 barang biasa. Keren, hemat tenaga.
2. Eksklusivitas = prestise.
Semakin mahal dan terbatas, semakin diinginkan. Mirip cinta: makin sulit didapat, makin bikin penasaran.
3. Konsumen cari pengalaman, bukan sekadar fungsi.
Produk mahal biasanya dikemas dengan layanan, kenyamanan, dan aura premium yang membuat pembeli merasa "berharga".
4. Brand = jaminan kualitas.
Banyak konsumen rela bayar lebih mahal karena percaya: merek X pasti tidak mengecewakan. Itu kekuatan reputasi.
BAGAIMANA STRATEGI INI DIJALANKAN?
1. Bangun merek kuat sejak awal.
Investasi besar dalam branding, storytelling, dan packaging. Produk jadi ikon, bukan sekadar barang.
2. Konsisten di kualitas dan estetika.
Barang premium harus feel-nya beda. Dari kemasan sampai pengalaman unboxing harus “wow”.
3. Batasi akses, jangan dijual sembarangan.
Distribusi dikontrol ketat. Kadang sengaja dibuat langka, biar makin diinginkan.
4. Bangun komunitas loyal.
Konsumen diajak jadi bagian dari “geng keren” yang tidak semua orang bisa masuk.
KELEBIHAN STRATEGI INI
- Keuntungan tinggi per unit.
- Loyalitas konsumen kuat.
- Brand awet & tahan banting.
- Lebih tahan inflasi dan perang harga.
KEKURANGAN STRATEGI INI
Butuh modal besar di awal.
Branding dan kualitas itu investasi jangka panjang, bukan usaha semalam viral.
Volume penjualan lebih kecil.
Pasarnya sempit, tidak semua bisa atau mau beli barang mahal.
Tingkat ekspektasi sangat tinggi.
Sekali produk gagal, kepercayaan bisa runtuh—dan itu fatal.
Sulit direplikasi.
Strategi ini butuh visi jangka panjang, bukan sekadar ikut tren.
KESIMPULAN: MAHAL BUKAN CUMA HARGA, TAPI RASA PERCAYA
Strategi harga premium bukan tentang menipu pasar. Justru sebaliknya: ini adalah janji terbuka bahwa “kami berani mahal karena kami bisa memberi lebih.”
Dalam dunia yang penuh diskon, brand mahal tetap eksis karena mereka menjual hal yang tak bisa didiskon: rasa percaya, rasa bangga, dan rasa ‘berbeda’.
Jadi, Anda pilih jualan cepat laku tapi untung tipis?
Atau bangun merek yang laku mahal dan dicintai puluhan tahun?