Bagian 1: Kehidupan Setelah Bakso Terkenal
Setelah berhasil menemukan resep sup bola daging beku yang diberi nama Bakso, si pemuda miskin—yang kini dikenal sebagai Master Bo—mendadak terkenal seantero kerajaan Tiongkok. Warung sederhana di pinggir desa berubah menjadi restoran mewah berlapis emas imitasi. Antrean pelanggan membentuk ular naga yang panjangnya sampai bikin tukang parkir migrain.
Sang Ibu?
Beliau kini menjadi Direktur Pencicip Pertama, yang tugasnya hanya satu: duduk manis, mangap, dan bilang, “Enak, Nak.”
Kalau nggak enak, tinggal ngeluarin sandal. Tradisi.
Namun, di tengah kejayaan sup bola daging beku ini, datanglah kabar dari utusan kerajaan:
“Wahai Master Bo, Raja ingin mengadakan Festival Kuliner Legendaris untuk menentukan makanan terbaik sepanjang sejarah!”
Festival ini akan mempertemukan tiga legenda makanan:
Bakso dari Master Bo
Mie Legendaris Seribu Tarikan dari Chef mie eksentrik bernama Chef Lo Biauw
Somay Sakti Empat Rasa dari kompetitor nyentrik: Xie Somay, mantan murid Master Bo yang dikeluarkan karena sering nyolong telur.
Bagian 2: Kompetitor Kembali
Xie Somay, dengan rambut gondrong dan jubah dari lap kain bekas tirai istana, muncul dengan gaya sok misterius.
“Kau kira hanya kau yang bisa membuat makanan bulat, Bo? Aku juga!”
“Itu bukan bulat. Itu... segitiga miring...”
“SSST!! Fokus ke rasanya, bukan bentuknya!”
Somay buatan Xie terdiri dari tahu yang disuntik ikan tenggiri, telur rebus yang ditanam dalam pare, dan kentang misterius dari gunung Himalaya (entah bagaimana dia dapatnya).
Tapi yang paling gila adalah saus kacangnya.
Ia mengklaim sausnya dibuat dari kacang yang pernah dipeluk rubah emas selama tiga malam. Rasanya?
Pedas, manis, sedikit mistis.
Bagian 3: Perang di Meja Festival
Di hari festival, kerumunan rakyat dan bangsawan sudah berkumpul di alun-alun. Tiga tenda besar berdiri megah:
Tenda Bakso penuh asap sup yang aromanya bisa bikin naga lapar.
Tenda Mie Legendaris milik Chef Lo Biauw dihiasi tarikan mie setinggi 10 meter. Mienya bisa ditarik sampai sejauh pandangan mata memandang (dan kadang nyangkut di pohon).
Tenda Xie Somay... penuh suara aneh dari saus yang menggelegak seperti punya nyawa sendiri. Ada juga kentang yang kadang loncat sendiri.
Ketiganya bersiap menyajikan hidangan ke Raja.
Chef Lo Biauw maju duluan.
“Mie ini... ditarik dari satu benang panjang! Tak pernah terputus sejak fajar menyingsing! Rasanya... kenyal seperti kisah cinta yang belum move on!”
Raja makan. Meja goyang. Jenggotnya berdiri.
“Hmmmm! Mienya seperti pelukan mantan... hangat tapi menyakitkan!”
Tiba giliran Xie Somay.
“Somay ini... bukan cuma makanan, tapi perasaan. Setiap tahu adalah luka. Setiap kentang adalah harapan yang tertunda...”
Raja makan. Mata merah. Saus kacang memercik seperti letusan gunung.
“Pedasnya... seperti ucapan ibu saat kamu pulang pagi!”
Dan akhirnya, Master Bo maju membawa mangkuk bakso. Uap mengambang seperti awan surgawi. Bola daging mengapung pelan, memantulkan cahaya seperti permata daging dari surga beku.
“Bakso ini... bukan cuma makanan. Ini adalah upaya seorang anak untuk membuat ibunya tersenyum, meski giginya tinggal satu.”
Penonton terharu. Seorang nenek di pojok menangis sambil makan gorengan.
Raja makan. Tiba-tiba diam. Sunyi.
Lalu...
“INI! INI DIA! Inilah rasa yang membuatku ingin jadi anak baik!”
“Pemenangnya adalah... BAKSO!!”
Bagian 4: Pertarungan Terakhir dan Damai
Namun, Xie Somay tak terima.
“INI BELUM BERAKHIR! Kita adu ronde terakhir... makanan fusion!”
“Oke.”
“Tapi pakai... JURUS MASAK SLAPSTICK!!!”
Mereka bertarung: lempar daging, tarik mie, kentang mental ke arah langit. Seekor ayam nyasar terbang ke kepala raja. Ibunda Master Bo nyambi jual keripik sambil nonton di tribun VIP.
Tapi saat semua kacau, Raja tiba-tiba berdiri.
“CUKUP! Kalian semua luar biasa... dan lapar itu membuat kita bodoh. Mari kita gabungkan ketiganya!”
Akhirnya, lahirlah hidangan "MiSoBak"—Mie, Somay, dan Bakso dalam satu mangkuk.
Hidangan itu menjadi menu nasional.
Chef Lo jadi menteri mie.
Xie Somay buka cabang 24 jam dengan tagline “Lebih Enak dari Dendam.”
Dan Master Bo tetap legenda, dengan gelar baru: Duke of Daging Bulat.
Epilog
Di puncak popularitasnya, Master Bo menulis buku: "Dari Bola Daging ke Tahta" yang jadi bestseller, dan disisipkan kupon diskon bakso tiap edisi. Ibunya tetap jadi pencicip setia. Dan kadang, diam-diam, si ibu bikin mie juga... tapi jangan bilang-bilang Master Bo.
Karena meski menang, dia tetap sensitif kalau mie disebut lebih kenyal.
Lanjut baca .. Ancaman master Nasi Goreng dan Capcay
***
DISCLAIMER HAK CIPTA
Seluruh cerita pendek yang diposting di website www.iqbalnana.com merupakan karya orisinal yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku. Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik dan penulis situs ini.
Dilarang keras untuk:
1. Merepost (copy-paste) sebagian atau seluruh isi cerita ke platform lain tanpa izin tertulis dari pemilik situs.
2. Memperjualbelikan cerita ini dalam bentuk buku, e-book, video, audio, atau format lainnya tanpa izin resmi.
3. Menggunakan isi cerita untuk kepentingan komersial tanpa perjanjian dan persetujuan dari penulis.
Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat dikenakan tindakan hukum sesuai peraturan yang berlaku. Jika Anda menemukan kasus pelanggaran hak cipta terkait karya di website ini, silakan hubungi pihak pengelola situs untuk tindakan lebih lanjut.
Terima kasih telah mendukung karya orisinal dan menghormati hak cipta.
***