Hari pertama sekolah. Jam masih menunjukkan pukul 06.45 pagi, tapi satu sekolah udah heboh kayak ada konser K-Pop. Gara-garanya? Seorang siswi baru turun dari mobil mewah yang kaca depannya lebih kinclong dari masa depan anak IPA. Pengawal pribadinya sampai membukakan pintu kayak di film-film.
Itu dia Nindi, anak baru yang konon katanya pindahan dari sekolah elite di Jakarta. Anaknya cantik, ramah, pinter, kaya, dan… cucu pejabat terkenal. Lengkap sudah, paket combo anti nyinyir. Tapi anehnya, dia nggak sombong. Senyumnya tulus, ngajak ngobrol siapa aja, bahkan dia sempat bantuin satpam dorong gerobak kantin yang bannya bocor.
Nggak butuh waktu lama, Nindi jadi primadona kelas 10.2. Semua orang rebutan pengen jadi temennya, mulai dari yang rajin nyatet sampai yang rajin cabut.
Di tengah popularitasnya, datanglah undangan "eksklusif" dari geng cewek-cewek top di kelasnya. Namanya aja udah kayak boyband: Nia, Tasya, Bella, dan Cika. Mereka cantik, modis, dan pinter, tapi satu hal yang paling menonjol... suka banget ngomongin orang.
"Eh Nin, kamu jangan deket-deket Rani deh. Dia itu… ih, aneh banget! Pendiam, miskin, dan nilainya pas-pasan. Kayaknya dia juga nggak suka kita deh!" bisik Tasya, sambil makan keripik tanpa rasa bersalah.
Nindi cuma senyum tipis. Bukan karena setuju, tapi karena… aneh aja. Nggak terlalu kenal, udah nge-judge orang lain kayak juri audisi nyasar.
Nindi bukan tipe cewek yang gampang disetir. Justru, makin banyak orang ngomong buruk tentang seseorang, makin penasaran dia dibuatnya. So, dia pun dekati Rani.
Ternyata Rani beda dari bayangan. Memang pendiam, tapi sopan dan pintar kalau diajak ngobrol. Hobinya baca buku tebal, yang isinya bukan soal gosip artis tapi filosofi hidup dan cara menanam tomat di lahan sempit. Keren banget.
"Aku bukan nggak suka mereka, Nin," kata Rani suatu hari sambil menata bukunya. "Aku cuma nggak pengen ikut dalam hal-hal yang bikin hati... Ya gitu deh... Mending sendiri, tapi damai."
Nindi langsung nyantol. Mereka jadi makin dekat. Bedanya, Nindi aktif dan rame, Rani tenang dan bijak. Macam matahari dan bulan, tapi nyambung kayak mie instan dan telur.
Geng cewek? Nggak bisa ngapa-ngapain. Mereka cuma bisa nyindir halus sambil ngedumel di belakang, karena… ya siapa yang berani nyinyir ke cucu pejabat? Nekat dikit, bisa viral satu kecamatan.
Tapi Nindi nggak memusuhi siapa pun. Dia tetap ramah sama semua orang, termasuk geng gosip itu. Hanya saja, dia tahu batas.
Sampai suatu sore, saat mereka duduk berdua di bawah pohon besar dekat lapangan, angin sore menyapu lembut rambut mereka. Nindi menatap langit, sementara Rani menutup bukunya pelan dan berkata,
“Nind… kadang orang itu lebih sibuk menilai orang lain daripada memperbaiki dirinya sendiri. Mereka pikir dengan menjatuhkan orang lain, mereka akan terlihat lebih tinggi. Tapi sebenarnya, mereka cuma memperlihatkan siapa diri mereka yang sesungguhnya.”
“Aku nggak pernah marah mereka ngomongin aku. Karena apa yang mereka bilang tentang orang lain, lebih banyak bercerita tentang mereka sendiri… bukan tentang orang yang mereka bicarakan.”
“Makanya aku milih diam. Bukan karena takut, tapi karena aku tahu, harga diri seseorang nggak ditentukan dari seberapa keras dia membalas, tapi dari seberapa tenang dia tetap berdiri saat dihina.”
Nindi menatap Rani, matanya berkaca-kaca, bukan karena sedih… tapi kagum.
Ternyata, di balik sosok yang pendiam, ada hati yang lebih lantang daripada ribuan suara gosip.
Dan di situ, Nindi tahu—teman sejati bukan yang paling ramai, tapi yang paling tulus.
***
End
***
DISCLAIMER HAK CIPTA
Seluruh cerita pendek yang diposting di website www.iqbalnana.com merupakan karya orisinal yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku. Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik dan penulis situs ini.
Dilarang keras untuk:
1. Merepost (copy-paste) sebagian atau seluruh isi cerita ke platform lain tanpa izin tertulis dari pemilik situs.
2. Memperjualbelikan cerita ini dalam bentuk buku, e-book, video, audio, atau format lainnya tanpa izin resmi.
3. Menggunakan isi cerita untuk kepentingan komersial tanpa perjanjian dan persetujuan dari penulis.
Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat dikenakan tindakan hukum sesuai peraturan yang berlaku. Jika Anda menemukan kasus pelanggaran hak cipta terkait karya di website ini, silakan hubungi pihak pengelola situs untuk tindakan lebih lanjut.
Terima kasih telah mendukung karya orisinal dan menghormati hak cipta.
***