19.5.25

Sabana 2: Pertarungan Dua Singa - Dongeng

Sabana 2: Pertarungan Dua Singa - Dongeng


Meskipun monyet telah turun tahta dan Raja Singa kembali memimpin, usia tetap berjalan. Raja Singa semakin lemah. Langkahnya lamban, nafasnya pendek, dan taringnya mulai tumpul. Bahkan auman yang dulu menggetarkan savana kini hanya terdengar seperti gumaman berat.

Di sisi lain, dari kejauhan, seekor singa muda terus memperhatikan. Ia kuat, cerdas, dan cepat. Tapi hatinya penuh keraguan. Ia adalah putra Raja Singa—ahli waris takhta sah, namun belum pernah merasa layak. Bukan karena ia tak mampu, tapi karena ia tak tega.

"Bagaimana mungkin aku menantang ayahku sendiri? Ia pahlawan bagi seluruh savana," bisiknya pada dirinya sendiri, menatap kawanan yang semakin resah. Persediaan air berkurang, mangsa makin sulit ditemukan, dan kelompok singa dari wilayah sebelah mulai merambah masuk.

Namun aturan di savana sangat jelas:
Hanya singa terkuat yang layak memimpin. Takhta tak bisa diwariskan begitu saja. Pertarungan harus terjadi, walau hanya simbolik.

Di bawah pohon baobab tua, seekor kura-kura bijak bernama Tumba mendatangi sang singa muda.

"Kalau kau menunggu semua makhluk setuju dan semua rasa bersalah hilang, savana ini akan hancur duluan," ucap Tumba dengan lembut.
"Ini bukan soal menggulingkan ayahmu. Ini soal menyelamatkan kawanmu, ibumu, dan seluruh kawanan dari kehancuran."

Singa muda menunduk. "Tapi bagaimana kalau aku menyakitinya?"

Tumba mengangguk pelan. "Seorang pemimpin sejati tahu kapan harus bersikap lembut... dan kapan harus kuat."

Hari berikutnya, seluruh savana berkumpul. Para hewan tahu waktunya telah tiba. Di hadapan matahari yang mulai tenggelam, dua singa berdiri berhadapan di atas bukit berbatu.

Singa tua dengan kepala tegak meski tubuhnya goyah.
Singa muda dengan napas panjang, dada berdebar, tapi tatapan penuh tekad.

Pertarungan pun dimulai.

Tapi tidak seperti yang dibayangkan. Tidak ada taring menancap atau darah tumpah. Itu bukan pertarungan untuk membunuh. Itu adalah tarian kehormatan antara dua generasi—pukulan, dorongan, dan saling jatuh, sampai akhirnya singa tua terbaring lelah, tertawa lirih.

"Kau sudah siap, Nak..." katanya pelan.
"Dan aku... sudah saatnya istirahat."

Seluruh savana terdiam, lalu bersorak dalam keheningan yang penuh hormat.

Singa muda kini resmi menjadi raja.

Ia berdiri di atas batu besar, mata menatap jauh ke padang rumput, dan angin senja meniup surai emasnya. Tapi belum sempat ia mengatur napas pertamanya sebagai pemimpin, seekor burung elang terbang rendah dan berseru:

"Ada ancaman dari wilayah timur! Kawanan asing dan kelompok hyena mendekat!"

Singa muda memejamkan mata sejenak, lalu membuka matanya yang kini penuh api kepemimpinan.

Pertarungan barulah dimulai...


***

DISCLAIMER HAK CIPTA

Seluruh cerita pendek yang diposting di website www.iqbalnana.com merupakan karya orisinal yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku. Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik dan penulis situs ini.

Dilarang keras untuk:

1. Merepost (copy-paste) sebagian atau seluruh isi cerita ke platform lain tanpa izin tertulis dari pemilik situs.

2. Memperjualbelikan cerita ini dalam bentuk buku, e-book, video, audio, atau format lainnya tanpa izin resmi.

3. Menggunakan isi cerita untuk kepentingan komersial tanpa perjanjian dan persetujuan dari penulis.

Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat dikenakan tindakan hukum sesuai peraturan yang berlaku. Jika Anda menemukan kasus pelanggaran hak cipta terkait karya di website ini, silakan hubungi pihak pengelola situs untuk tindakan lebih lanjut.

Terima kasih telah mendukung karya orisinal dan menghormati hak cipta.

***


Previous Post
Next Post

Author:

Iqbalnana.com

Iqna menyajikan berbagai cerita pendek, kisah inspiratif, dan tips gaya hidup yang menyegarkan. Temukan template kreatif, gambar menarik, dan konten hiburan yang menginspirasi di sela waktu senggang anda.