Belum sempat Raja Singa Muda menikmati hari pertamanya sebagai pemimpin, ancaman sudah datang lebih cepat dari bayangan. Kawanan hyena dan kelompok singa asing dari timur bergerak mendekat. Mereka mencium kelemahan di savana setelah pergantian kekuasaan, berharap kekacauan menjadi celah untuk menyerang.
Hyena dipimpin oleh Braka, seekor pemimpin licik yang lama menyimpan dendam pada keluarga Raja Singa. Ia merasa dirinya lebih cerdas, dan aturan baru yang dibuat sang raja terdahulu telah membatasi kesenangannya dalam berburu dan meneror.
Sementara itu, Singa Timur dipimpin oleh Kodan, seekor singa besar dengan luka sayat di pipinya dan surai hitam legam. Ia tidak peduli pada kehormatan atau aturan, hanya kekuasaan.
"Savana terlalu tenang di bawah Leo dan anak manisnya," gumam Kodan.
"Saatnya kami yang berkuasa."
Malam sebelum penyerangan, para penghuni savana mulai gelisah. Angin membawa bau asing. Tanah terasa bergetar. Raja muda berdiri di tengah kawanan, matanya tajam.
"Aku tak akan biarkan mereka menghancurkan apa yang telah dijaga ayahku."
Ia memanggil semua sekutu. Tapi bukan hanya singa yang datang.
Dari kejauhan, gajah-gajah besar dengan langkah berat dipimpin oleh Matra, sang gajah tua yang dulu diselamatkan oleh Leo dari jerat pemburu. Di belakangnya, jerapah, banteng, badak, zebra, bahkan kelinci dan burung unta ikut datang.
"Kami tidak datang untuk bertarung," kata Matra dengan suara bergemuruh,
"Kami datang karena percaya padamu."
Pagi itu, dua pasukan berhadap-hadapan di padang terbuka.
Singa Timur dan Hyena dengan barisan bengis,
melawan kawanan Leo dengan sekutu savana yang bersatu.
Pertarungan pun pecah. Tidak semua bertempur dengan kekuatan. Burung-burung kecil terbang membawa pesan. Tikus-tikus menyusup ke logistik musuh. Kura-kura tua menyusun strategi bersama raja. Savana berubah jadi medan tempur yang penuh taktik.
Di tengah peperangan, Raja Muda Leo berhadapan langsung dengan Kodan. Pertarungan keras. Cakar menghantam. Darah menetes.
Namun di momen penentu, Braka si hyena melihat sekilas seekor anak hyena kecil di tengah pertempuran, terluka karena kebodohannya sendiri. Raja Leo justru menyelamatkan anak itu—tanpa ragu.
Braka terdiam. Untuk pertama kalinya, ia merasakan sesuatu yang asing: rasa hormat.
"Kita mundur!" serunya.
"Singa ini bukan seperti yang kita kira!"
Kodan marah, tapi tanpa dukungan Braka dan pasukannya, ia tak berdaya. Ia kabur bersama beberapa pengikutnya yang tersisa, menandai akhir dari serangan.
Raja Leo berdiri tegak di bukit, darah mengalir dari pelipisnya, namun matanya tetap penuh cahaya.
Savana bersorak.
Ia bukan hanya singa muda lagi. Ia adalah Raja. Raja yang dihormati bukan karena keturunan—tapi karena keberanian, keadilan, dan kebaikan hatinya.
***
DISCLAIMER HAK CIPTA
Seluruh cerita pendek yang diposting di website www.iqbalnana.com merupakan karya orisinal yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku. Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik dan penulis situs ini.
Dilarang keras untuk:
1. Merepost (copy-paste) sebagian atau seluruh isi cerita ke platform lain tanpa izin tertulis dari pemilik situs.
2. Memperjualbelikan cerita ini dalam bentuk buku, e-book, video, audio, atau format lainnya tanpa izin resmi.
3. Menggunakan isi cerita untuk kepentingan komersial tanpa perjanjian dan persetujuan dari penulis.
Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat dikenakan tindakan hukum sesuai peraturan yang berlaku. Jika Anda menemukan kasus pelanggaran hak cipta terkait karya di website ini, silakan hubungi pihak pengelola situs untuk tindakan lebih lanjut.
Terima kasih telah mendukung karya orisinal dan menghormati hak cipta.
***