19.5.25

Sabana 4 - Damai dan Aturan Baru di Sabana - Dongeng

Sabana 4 - Damai dan Aturan Baru di Sabana  - Dongeng


Setelah pertempuran besar itu, savana kembali tenang. Langit biru menggantung seperti payung damai, dan angin membawa aroma rerumputan yang tumbuh segar. Tapi Raja Leo tahu, perdamaian yang bertahan bukan berasal dari kemenangan perang, melainkan dari aturan yang adil dan hati yang bijak.

Di bawah pohon akasia yang besar, para hewan berkumpul. Raja Leo berdiri di atas batu tinggi, tidak dengan arogansi, tapi dengan kerendahan hati yang membuat semua makhluk menaruh hormat.

"Aku tidak ingin memerintah dengan ketakutan," katanya,
"tapi dengan kepercayaan. Maka hari ini, aku umumkan aturan baru untuk savana ini."

Semua binatang menyimak.

1. Karnivora hanya boleh berburu secukupnya untuk makan, dan hanya hewan yang lemah, sakit, atau sudah tua.
Mereka tidak boleh membunuh demi kesenangan. Siapa pun yang melanggar, akan diusir dari savana.

2. Herbivora bebas mencari makan, tapi juga harus menjaga tanaman muda dan tidak merusak lebih dari yang dibutuhkan.

3. Semua hewan berhak menyuarakan pendapatnya setiap bulan purnama, saat sidang savana diadakan.

4. Jika ada perselisihan, maka diselesaikan melalui musyawarah antar spesies, bukan perkelahian.

5. Raja boleh diganti, tapi hanya oleh pemimpin yang diakui oleh suara mayoritas hewan savana.

Suara sorak sorai terdengar. Bahkan para hewan kecil seperti tikus dan burung pipit bersorak lebih kencang dari sebelumnya.

Beberapa hyena yang memilih tinggal dan hidup damai juga angguk-angguk setuju. Termasuk Braka, yang kini lebih banyak diam dan sering terlihat menggendong anaknya yang dulu diselamatkan Leo.

Hari-hari berlalu, savana mulai berubah.

Zebra dan kijang tidak lagi hidup dalam ketakutan berlebihan, karena mereka tahu para pemangsa hanya berburu saat lapar, dan tidak sembarangan menyerang.

Para singa muda belajar berburu secara efisien dan bermartabat.

Burung-burung kecil mengajarkan cara menyimpan biji kepada hewan lain.

Gajah membantu menggali kolam air saat musim kering datang.

Raja Leo sendiri tidak hanya duduk di atas takhta. Ia berjalan, mendengar keluhan para penghuni savana, menengahi konflik, bahkan ikut menanam pohon bersama badak dan jerapah di dataran gersang.

Di satu senja yang indah, saat matahari membakar langit dengan warna jingga, Singa Tua—ayah Raja Leo—berjalan mendekat.

"Kau telah membuatku bangga," katanya,
"dan kau membuktikan, bahwa seorang raja bukan diukur dari kekuatannya saat bertarung, tapi dari keberaniannya untuk memikirkan semua makhluk, bahkan yang paling kecil sekalipun."

Leo tersenyum, menunduk hormat.

Dan di bawah langit savana yang luas, suara tertawa, nyanyian, dan damai terus mengalun.

Tamat — namun legenda Raja Leo akan hidup di hati setiap penghuni savana.

***

DISCLAIMER HAK CIPTA

Seluruh cerita pendek yang diposting di website www.iqbalnana.com merupakan karya orisinal yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku. Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik dan penulis situs ini.

Dilarang keras untuk:

1. Merepost (copy-paste) sebagian atau seluruh isi cerita ke platform lain tanpa izin tertulis dari pemilik situs.

2. Memperjualbelikan cerita ini dalam bentuk buku, e-book, video, audio, atau format lainnya tanpa izin resmi.

3. Menggunakan isi cerita untuk kepentingan komersial tanpa perjanjian dan persetujuan dari penulis.

Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat dikenakan tindakan hukum sesuai peraturan yang berlaku. Jika Anda menemukan kasus pelanggaran hak cipta terkait karya di website ini, silakan hubungi pihak pengelola situs untuk tindakan lebih lanjut.

Terima kasih telah mendukung karya orisinal dan menghormati hak cipta.

***


Previous Post
Next Post

Author:

Iqbalnana.com

Iqna menyajikan berbagai cerita pendek, kisah inspiratif, dan tips gaya hidup yang menyegarkan. Temukan template kreatif, gambar menarik, dan konten hiburan yang menginspirasi di sela waktu senggang anda.