Kambing yang Tak Sekolah
Pada suatu pagi yang cerah di sebuah desa yang hijau, menghampar seperti karpet rumput buatan alam, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Nino. Ia sedang liburan di rumah neneknya. Bosen di rumah terus, Nino memutuskan jalan-jalan naik sepeda.
“Wussshh!”
Angin desa menerpa wajahnya saat ia mengayuh sepedanya melewati sawah dan ayam-ayam yang entah kenapa suka nyebrang tanpa izin.
Ia memang sedikit ngebut... yah, namanya juga anak-anak. Tapi bukan di sirkuit, ini jalan desa, turunan pula! Makin turun, makin seru!
“Ini baru seruuu!” teriak Nino sambil berdiri di atas pedal sepedanya, seolah sedang ikut lomba sepeda downhill antar-galaksi.
Tiba-tiba…
Seekor kambing putih muncul dari balik pohon pisang, jalan pelan-pelan, santai banget. Di tengah jalan!
Seolah jalan itu warisan dari kakek buyutnya.
“WOI KAMBING!! MINGGIRRRR!!”
Tapi si kambing malah noleh pelan… ekspresinya datar, kayak bilang:
“Situ siapa?”
Nino panik. Tapi udah keburu ngebut. Dalam pikirannya, kayak di film kartun, si kambing pasti terpental lucu, terus Nino berhenti dramatis sambil gaya pahlawan.
Tapi kenyataannya…
BRAAAK!
Alih-alih kambing terpental, malah Nino yang kejungkal ke pinggir jalan. Seperti perang bantal, tapi bantalan hidupnya kambing!
Si kambing cuma kaget sedikit, trus jalan lagi sambil ngunyah daun, cuek.
Nino bangun, bajunya kotor, lutut lecet. Kesel, dong!
“Dasar kambing nggak punya aturan!” gerutunya.
Tiba-tiba, dari balik pohon, muncul seorang bapak tua, pemilik si kambing. Rambutnya putih, wajahnya sabar tapi senyum-senyum nahan tawa.
“Maaf ya, Dik. Tadi kambingnya sempat saya ikat, tapi dia lepas sendiri,” kata si Bapak.
“Bapak harusnya ngajarin tuh kambing! Jangan seenaknya di jalan!” bentak Nino.
Si Bapak angkat bahu. “Kalau kambingnya sekolah, dia pasti tahu aturan, bisa baca rambu, bisa minggir lihat kamu mau lewat. Tapi kan… kambing nggak sekolah, Dik.”
Nino mau jawab, tapi…
Mulutnya diem. Otaknya mikir. Logika anak-anaknya mulai jalan.
Sejak Hari Itu...
Sejak kejadian itu, aku nggak pernah ngebut lagi waktu naik sepeda di desa.
Bukan karena takut kambing. Tapi karena aku sadar, yang sekolah itu aku. Bukan kambing.
Jadi kalau ada yang harus lebih hati-hati, ya aku.
Dan kadang... yang nggak sekolah malah bisa bikin kita belajar.
Terima kasih, kambing.
Pesan Moral
Yang nabrak belum tentu yang benar.
Yang sekolah, harusnya lebih tahu cara menjaga keselamatan.
Dan jangan remehin kambing…
mereka nggak sekolah, tapi bisa ngajarin kita sesuatu.
Posting Komentar
0 Komentar