Ayah yang Galak (Tapi Sayang Banget) - Cerita Anak
Halo! Namaku Ani. Umurku 11 tahun. Aku duduk di kelas 5 SD dan aku punya adik laki-laki namanya Rafi. Umurnya baru 6 tahun. Dia lucu, tapi kadang ngeselin karena kalau tidur suka tendang-tendang.
Aku mau cerita. Cerita ini bukan cerita dongeng, tapi cerita beneran, tentang TBC. Namanya aja aneh, kayak nama robot, tapi ternyata itu nama penyakit. Dan kami sekeluarga pernah kena. Iya, kena beneran.
Awalnya...
Tujuh bulan yang lalu, ibuku mulai sering batuk-batuk. Awalnya sih biasa aja, kayak flu, pilek, batuk. Tapi... kok lama-lama nggak sembuh-sembuh ya? Udah ke dokter dua kali, tapi tetap aja batuknya betah. Sampai-sampai aku hapal suaranya:
“Khhk.. Khhk.. Khhkhhh..”
Itu bunyi batuk ibu yang aku dengar tiap malam. Kadang bikin aku susah tidur. Kadang bikin aku takut.
Setelah dua bulan batuk terus, ibu mulai sesak napas. Aku lihat matanya sering ngantuk, mukanya pucat, dan berat badannya turun. Aku pikir, jangan-jangan ibu stres karena piring di dapur numpuk.
Tapi ternyata bukan.
Waktu ke dokter lagi, ibu langsung disuruh ke IGD di rumah sakit. Di sana ibu dicek-cek dan diambil darahnya. Aku ikut lihat, adik Rafi sampai tutup mata pakai tas kecilnya.
Hasilnya keluar:
Ibu kena.. TBC.
Tiba-tiba Aku dan Rafi Juga Dicek
Waktu itu aku masih santai. “Ah, cuma ibu yang sakit,” pikirku.
Tapi...
Dokternya bilang, semua yang tinggal serumah harus dicek.
Lho, kenapa? Aku kan sehat-sehat aja? Aku bisa main lompat tali, main sepeda, makan tahu isi tiga biji juga habis.
Tapi kata dokter, TBC bisa menular lewat udara, apalagi kalau tinggal serumah. Jadi aku dan Rafi ikut dicek juga.
Eh… hasilnya...
Kami positif juga.
Lho kok?
Aku nggak demam. Nggak batuk. Nggak bersin. Tapi katanya, TBC bisa "tidur diam-diam" dalam tubuh. Kalau dibiarkan, bisa bangun dan bikin sakit beneran.
Obatnya... Astaga, BESAR-BESAR!
Kami dikasih surat pengantar ke Puskesmas untuk rawat jalan, artinya kami nggak perlu dirawat di rumah sakit, tapi harus minum obat tiap hari.
Tapi obaaaatnya…
BESAR-BESAR!!!
Warnanya ada yang putih, ada yang pink, ada yang oranye. Ada yang pahitnya... kayak hati ditinggal pas lagi sayang-sayangnya (kata teteh tetangga sebelah sih).
Adik Rafi rewel tiap sore. Dia pernah sembunyiin obatnya di bawah bantal.
Ibu juga sempat bilang, “Udah deh, aku udah sehat, kayaknya nggak perlu lanjut minum deh…”
Aku juga pengen berhenti.
Enam bulan minum obat besar tiap hari, itu bukan liburan, itu kayak tantangan di acara TV!
Untung Ada Ayah
Ayah kami itu orangnya kalem, jarang marah. Tapi soal obat, dia galak serius kayak tentara.
"Kalau hari ini kalian nggak minum obat, besok harus ulang dari awal.. tambah 6 bulan lagi, dan penyakitnya bisa balik lebih jahat!" kata ayah.
Aku langsung kebayang obat makin besar, makin banyak, terus ada yang bisa jalan sendiri... ihh ngeri!
Sejak itu, tiap sore, ayah duduk sambil bawa stopwatch dan bilang,
“Minum! Jangan dikunyah! Satu... dua... tiga... GLEK!”
Sekarang Kami Sehat!
Bulan lalu, dokter bilang pengobatan kami sudah selesai.
Yeeey!!
Ibu sekarang udah ceria lagi. Aku bisa denger tawa ibu lagi, bukan batuknya. Rafi juga udah nggak rewel, dan aku? Aku masih makan tahu isi tiga biji, tambah satu donat.
Tapi yang paling penting:
Kami sehat.
Pesan dari Ani:
Kalau kamu ada keluarga yang batuk nggak sembuh-sembuh lebih dari 2 minggu, tolong periksa ya. Bisa jadi itu TBC. Dan walaupun kamu nggak merasa sakit, kalau udah kena, kamu harus minum obat sampai selesai! Jangan berhenti di tengah jalan.
Karena kalau penyakit TBC jadi kebal, ngobatinnya makin susah dan lama.
Dan kalau bukan karena ayah, mungkin kami udah berhenti minum di bulan ketiga.
Terima kasih, Ayah.
Walaupun galak waktu jagain minum obat, tapi kami tahu itu karena ayah sayang banget sama kami.
---
Sekilas tentang TBC
🌬️ TBC Bukan Kutukan, Tapi Bisa Menular!
--
🦠Apa Itu TBC?
TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC paling sering menyerang paru-paru, tapi bisa juga menyerang bagian tubuh lain seperti tulang, kelenjar getah bening, otak, bahkan kulit.
TBC bukan penyakit keturunan. Ia menular melalui udara saat penderita batuk, bersin, atau berbicara. Namun, TBC bisa disembuhkan jika dideteksi dan diobati sejak dini.
---
👨👩👧👦 Siapa yang Berisiko?
Orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC
Anak-anak usia dini (balita sampai usia sekolah)
Lansia, penderita HIV, atau mereka yang daya tahan tubuhnya lemah
Orang yang hidup di lingkungan padat dan kurang ventilasi
---
🛡️ Bagaimana Cara Mencegah TBC?
1. Deteksi Dini dan Skrining Keluarga
Jika ada yang terkena TBC di rumah, seluruh anggota keluarga harus diperiksa, terutama anak-anak.
2. Etika Batuk dan Ruang Terbuka
Gunakan masker, tutup mulut saat batuk, dan buka jendela agar sirkulasi udara lancar.
3. Imunisasi BCG untuk Bayi
Vaksin BCG bisa membantu melindungi anak dari bentuk TBC berat (seperti TBC otak dan tulang).
4. Terapi Pencegahan (TPT)
Untuk anak-anak yang kontak erat dengan penderita TBC tapi belum menunjukkan gejala, dokter bisa memberikan obat pencegahan selama 3–6 bulan.
---
💊 Bagaimana Pengobatan TBC?
Pengobatan TBC gratis di puskesmas dan rumah sakit pemerintah. Harus dilakukan secara rutin dan tuntas sesuai petunjuk petugas kesehatan.
1. TBC Biasa (Sensitif Obat)
Durasi: 6 bulan
Fase intensif (2 bulan pertama) dan fase lanjutan (4 bulan)
Obat diminum setiap hari, tidak boleh bolong
2. TBC Resistan Obat (MDR-TB)
Durasi: 9–24 bulan
Obat lebih banyak dan bisa menimbulkan efek samping
Pemantauan lebih ketat oleh petugas medis
3. TBC pada Anak
Durasi sama: 6 bulan, tetapi dosis disesuaikan usia dan berat badan
Anak yang sudah tertular bisa sembuh total dengan pengobatan teratur
4. Terapi Pencegahan untuk Anak
Obat: Isoniazid (INH) atau kombinasi INH + Rifampisin
Durasi: 3–6 bulan, untuk anak yang belum menunjukkan gejala aktif
---
🧠Pentingnya Peran Keluarga
Keluarga bukan hanya pendukung, tapi penentu kesembuhan pasien. Tugas keluarga antara lain:
- Memastikan obat diminum setiap hari
- Mengawasi kesehatan anak-anak
- Menjaga pola makan dan kebersihan rumah
- Tidak mengucilkan pasien – TBC bukan aib!
- Segera melapor ke puskesmas jika ada gejala batuk lama, demam, atau berat badan turun
---
⚠️ Jika Tidak Diobati dengan Benar...
- Bisa terjadi kekambuhan dan penularan ke orang serumah
- Risiko berkembang menjadi TBC resistan yang lebih sulit diobati
- Anak-anak bisa mengalami komplikasi serius jika tidak dicegah
---
📣 Pesan Sosialisasi:
TBC bisa sembuh total. Jangan takut, jangan malu. Yang penting: cepat periksa, rutin berobat, dan jaga lingkungan!
---
📌 Penutup
Mari bersama putus rantai penularan TBC. Laporkan, periksa, obati, dan dampingi. Anak-anak dan keluarga kita layak tumbuh sehat tanpa beban penyakit menular. Kesehatan bukan hanya urusan pribadi, tapi tanggung jawab sosial.
***
Posting Komentar
0 Komentar