Jangan Sampai Anak Terlambat Bisa Baca: Bekal Dasar untuk Menjemput Masa Depan
Pendahuluan: Iqra’, Sebuah Titik Awal
Tahukah kita bahwa wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam bukanlah perintah untuk shalat, puasa, atau berhaji?
Tapi justru: “Iqra’” - Bacalah.
Sebuah kata yang bukan hanya bermakna membaca secara teknis, tetapi juga simbol awal dari revolusi peradaban. Karena membaca adalah awal dari memahami, dan pemahaman adalah jalan menuju kemajuan.
Di masa kini, membaca tetap menjadi gerbang utama menuju ilmu. Sayangnya, masih banyak anak-anak kita yang belum bisa melewati gerbang ini dengan lancar.
Di sejumlah pelosok daerah, tidak jarang kita menemukan anak-anak yang duduk di bangku SMP, namun belum bisa membaca dengan baik. Bahkan ada yang sama sekali belum bisa membaca.
Sebagian dari mereka memiliki semangat belajar, namun karena malu atau takut dicemooh, memilih diam dan menyembunyikan ketidaktahuannya. Ini berbahaya, karena ketertinggalan tersebut akan menjalar ke pelajaran lain: matematika, IPA, IPS, semuanya butuh kemampuan membaca.
Guru sekolah menengah tentu tidak bisa kembali mengajarkan dasar-dasar membaca. Kurikulum terus berjalan, dan waktu tidak bisa ditahan. Akhirnya, solusi darurat seperti kelas remedial atau program khusus pun dibuat—tapi itu hanya solusi menambal, bukan mencegah.
Karena itu, peran orang tua menjadi sangat penting. Jangan biarkan anak kita kehilangan kepercayaan diri atau tertinggal dalam pelajaran hanya karena satu hal: belum bisa membaca.
Keuntungan Anak Bisa Membaca Sejak Dini
Membaca bukan hanya soal “bisa mengeja kata”. Ia adalah keterampilan dasar yang membuka banyak pintu.
Semakin cepat seorang anak menguasainya, semakin besar peluangnya untuk berkembang lebih cepat dibanding teman-temannya.
Berikut beberapa manfaat nyata bila anak bisa membaca lebih dini:
-
Mampu belajar secara mandiri
Anak tidak tergantung terus-menerus pada guru atau orang tua. Ia bisa memahami instruksi, petunjuk, dan materi pelajaran sendiri. -
Mendapatkan informasi lebih luas dan cepat
Dari buku, koran, majalah, hingga internet, semua bisa diakses dengan mudah oleh anak yang bisa membaca. -
Lebih percaya diri dan cerdas secara sosial maupun akademik
Anak yang bisa membaca cenderung lebih aktif bertanya, berdiskusi, dan ikut serta dalam kegiatan belajar. -
Kemampuan logika dan nalar lebih berkembang
Karena membaca memperkaya kosakata, memperluas imajinasi, dan mengasah kemampuan berpikir. -
Menumbuhkan rasa ingin tahu yang positif
Anak akan cenderung penasaran terhadap hal-hal baru, lalu mencari jawabannya melalui bacaan.
Pengertian Baca dan Membaca: Bukan Sekadar Mengeja
Secara teknis, membaca berarti mengenali huruf dan mengubahnya menjadi kata. Namun dalam konteks pendidikan dan perkembangan anak, membaca adalah proses memahami makna dari simbol-simbol tertulis.
Seorang anak bisa saja membaca kalimat “Budi bermain bola.” Tapi kalau dia tidak tahu siapa Budi, apa itu bermain, dan seperti apa bola, maka yang terjadi adalah membaca kosong tanpa makna.
Inilah mengapa kebiasaan membaca harus dibarengi dengan aktivitas memahami dan berdiskusi.
Cara Supaya Anak Tertarik Membaca (Tanpa Paksaan)
Setiap anak itu berbeda. Ada yang duduk rapi sambil membaca buku sejak usia 3 tahun, ada juga yang baru mau menyentuh buku setelah diajak lima kali main ke toko mainan. Itu wajar.
Yang tidak wajar adalah memaksa semua anak belajar dengan cara yang sama.
Berikut beberapa cara yang bisa dicoba agar anak mau dan tertarik membaca, tanpa membuat mereka merasa terbebani:
-
Bacakan cerita dengan ekspresi dan nada yang menarik
Anak suka mendengarkan. Jadikan waktu membaca seperti pertunjukan kecil yang menyenangkan. -
Kenalkan buku sejak bayi, walau hanya buku bergambar
Tidak harus langsung bisa membaca, yang penting dulu cinta pada buku. -
Libatkan minat anak
Jika anak suka dinosaurus, carikan buku tentang dinosaurus. Kalau dia suka pesawat, mulailah dari sana. -
Gunakan media audio-visual
Beberapa anak lebih responsif pada video atau audiobook, gunakan sebagai pintu masuk menuju kebiasaan membaca. -
Batasi penggunaan gawai, tapi tidak melarang total
Arahkan ke aplikasi edukatif yang interaktif dan berbasis bacaan. -
Jadikan membaca sebagai bagian dari rutinitas harian
Misalnya, sebelum tidur atau saat akhir pekan. Bacaan ringan, tidak harus pelajaran. -
Tunjukkan bahwa orang tuanya juga membaca
Anak meniru lebih cepat daripada mendengar nasihat. Bila ayah dan ibunya membaca, anak biasanya akan ikut penasaran.
Penutup: Mencegah Lebih Baik daripada Mengejar
Kita tidak sedang berlomba-lomba agar anak jadi kutu buku. Tapi kita ingin agar anak kita tidak tertinggal dari gerbong utama pendidikan hanya karena belum bisa membaca.
Jika sudah terlambat, mengejar akan lebih melelahkan bagi anak, bagi orang tua, dan bagi sistem pendidikan itu sendiri.
Jangan tunggu sampai anak malu bertanya karena tak tahu apa yang ditanya.
Jangan tunggu sampai anak kehilangan kepercayaan diri hanya karena tidak bisa memahami pelajaran sederhana.
Ajak anak membaca, bukan dengan paksaan, tapi dengan cinta. Karena dari sanalah dunia mereka akan terbuka.
Posting Komentar
0 Komentar