Kode Etik Penyelamat Kucing - Cerpen Anak
Dani adalah pecinta hewan yang setia. Di bio media sosialnya tertulis: “Pecinta kucing, penegak keadilan berbulu.” Setiap sore, dia berkeliling kampung membawa ransel penuh pakan kucing, seperti doraemon versi pecinta meong.
Suatu hari, ia mendengar kabar duka dari seorang tetangga.
“Kucingku hilang, Mas Dani,” ujar Bu Sari sambil menahan air mata. “Namanya Si Belang, biasanya pulang paling telat maghrib.”
Dani langsung siaga. Panggilan tugas. Misi penyelamatan kucing dimulai. Ia menyisir gang-gang, memanggil, "Belang! Belang! Ayo pulang, kita ada stick tuna hari ini!"
Lalu, ia melihat seekor kucing belang sedang tidur di depan rumah Pak RW. Langsung ia masukkan ke ransel dengan sangat hati-hati dan penuh cinta.
Setengah jam kemudian, Bu Sari histeris, "Bukan ini! Ini bukan Si Belang, ini kucingnya Pak RW yang belangnya dua, Si Tora!"
Dani panik. Ia berusaha mengembalikan diam-diam. Tapi apes, saat hendak menaruh Si Tora kembali ke tempatnya, Pak RW membuka pintu sambil membawa sapu.
“Apa-apaan kamu culik kucing saya?!”
Dani mencoba menjelaskan dengan idealisme ala pejuang moral.
“Saya berniat menyelamatkan! Ini murni misi kemanusiaan, eh… kucingan!”
“Tapi kamu bawa tanpa izin, nak. Itu namanya bukan penyelamatan, itu penculikan berkedok cinta.”
Akhir cerita:
Dani akhirnya membuat stiker besar di sepeda motornya:
“Jika bukan milikmu, jangan asal masukkan ke ransel, walau berbulu dan lucu.”
Pesan moral:
Niatmu mungkin putih bersih, tapi kalau langkahmu gelap dan nyolong-nyolong, tetap saja kamu disebut maling. Bahkan kalau kamu bilang itu demi kucing.
Posting Komentar
0 Komentar