Ukuran Font:

Korban Buaya Tidak Akan Sakit Hati

(Lanjutan kisah Kiko si Katak Rapper)

Hari itu langit mendung, sungai menyempit, dan udara terasa berat seperti suasana hati seekor buaya yang duduk termenung di pinggir rawa.

Ia bernama Bang Crocs, seekor buaya dewasa yang dikenal ganas oleh penduduk hutan. Tapi hari ini, ia sedang galau. Matanya menatap kosong ke air yang keruh, sesekali mendesah pelan, seperti buaya patah hati.

“Aku cuma mau berteman,” gumamnya lirih.
Tapi setiap kali dia mendekat ke hewan lain, semuanya kabur tunggang-langgang. Bahkan kura-kura yang biasanya santai pun mendadak ngebut seperti pakai turbo.

Saat sedang larut dalam kesedihan, dari kejauhan terdengar suara beat dan nyanyian:

๐ŸŽถ Jangan panik, jangan panik…
Kalo ada bahaya, tetap tenang dan taktis! ๐ŸŽถ

Itu suara Kiko, si katak rapper edukatif yang lagi keliling hutan ngadain tur "HipHop K3: Selamatkan Diri, Bro!"

“Brooo! Lu ngapain bengong kayak guling jatuh ke rawa?” sapa Kiko ceria sambil melompat ke atas batu.

Bang Crocs mendesah, “Sedih gue, Kik. Semua hewan ngehindar terus... Padahal gue cuma mau berteman.”

“Hmm,” Kiko manggut-manggut. “Masalahnya bukan di niat lu, bro, tapi reputasi. Lu itu... ya, gimana ya, secara formal lu puncak rantai makanan. Jadi wajar mereka mikir dua kali sebelum ngajak lu main ke rumah.”

“Tapi gue udah gak doyan makan hewan-hewan darat. Gue pengen pensiun jadi karnivora,” ucap Bang Crocs dengan nada serius.

“Waduh, jangan pensiun total, bro. Itu bisa ganggu metabolisme. Tapi gini deh, gak usah maksain semua suka sama lu.  ๐ŸŽถTeman yang asli itu gak takut sama bentuk luar,  ๐ŸŽถtapi pengertian dan menerima lu apa adanya  ๐ŸŽถ. Kayak gue dan geng buaya di rawa seberang, kita masih main catur bareng tiap Jumat.”

Bang Crocs tampak sedikit cerah. “Serius lu? Lu gak takut?”

“Nggak lah. Gue udah tahu lu kalau kenyang suka ngantuk. Aman buat diajak ngobrol,” jawab Kiko sambil ngakak.

Bang Crocs tertawa. “Eh, Kik, gue mau nanya... Kalau misalnya gue tetap makan hewan-hewan darat, mereka bakal sakit hati gak, ya?”

Kiko menatapnya serius. “Gue rasa enggak, bro. Soalnya sebelum mereka sempat sakit hati... mereka udah... meninggoy duluan.”

Bang Crocs mengangguk pelan. “Makes sense.. masuk akal”

“Tapi inget, jangan rakus. Makanlah saat lapar, berhentilah saat kenyang. Kalo kekenyangan, nanti lu jadi lamban, gampang dikejar manusia buat dijadiin... tas pinggang.”

“Wah! Ngeri juga. Makasih bro, nasehatnya.”

“Sama-sama. Intinya, jadilah predator yang bijak. Jangan asal terkam. Dunia ini cukup luas untuk yang pintar dan yang cepat.”

Sejak hari itu, Bang Crocs gak lagi galau. Dia tetap jadi buaya, tapi buaya yang lebih sadar diri. Ia hanya berburu yang malas kerja dan malas sekolah secukupnya, dan lebih fokus mencari teman yang bisa diajak main tebak lagu K3.

Dan rumor mengatakan, tiap malam Jumat, di tengah rawa terdengar suara duet:

๐ŸŽถ Jangan panik… jangan panik…
Kalau banjir, lari ke dataran tinggi…
Kalau gempa, lindungi kepala…
Kalau kebakaran, keluar secepat kilat! Tapi jangan asal nyemplung ke kolam, karena ada gue ๐ŸŽถ

Siapa bilang buaya gak bisa ikut edukasi?

---

๐ŸŠ Hikmah Moral dari Bang Crocs

1. Jangan menilai niat hanya dari penampilan

Kadang seseorang terlihat menyeramkan, tapi sebenarnya hatinya lembut dan tulus. Kita harus belajar mengenal lebih dalam sebelum menghakimi.

2. Tidak semua keinginan diterima semua pihak

Niat baik belum tentu langsung diterima, apalagi jika kita punya masa lalu atau reputasi yang membuat orang lain waspada. Perlu kesabaran dan pembuktian untuk mengubah pandangan.

3. Berteman itu soal saling memahami

Teman sejati bukan yang memaksa orang lain menerima kita, tapi yang tetap mendampingi walau kita belum sempurna. Seperti Kiko, teman yang mau mendengar dan memberi nasihat dengan bijak.

4. Kendalikan nafsu, karena rakus membawa celaka

Seperti buaya yang diingatkan agar tidak rakus, kita pun harus tahu kapan cukup. Baik dalam makan, ambisi, maupun keinginan lain. Rakus bisa membuat kita terlena dan akhirnya dimanfaatkan atau bahkan dibinasakan.

5. Malas adalah pintu kehancuran

Bang Crocs akhirnya memilih memangsa hewan yang malas (malas belajar dan berkerja). Ini perumpamaan bahwa kemalasan adalah ancaman bagi siapa pun bahkan bagi dirinya sendiri. Jika kita tidak disiplin, bisa saja kehidupan ‘menerkam’ kita lebih cepat dari yang kita kira.

---