Kisah seorang Pedagang, Istrinya dan seekor Kuda - Cerita Anak
Pada suatu pagi yang cerah, seorang pedagang miskin dan istrinya berangkat menuju kota dengan membawa barang dagangan. Mereka hanya memiliki satu kuda yang setia menemani perjalanan mereka. Kuda itu terlihat kuat, namun jelas kelelahan membawa beban mereka.
Suami yang bernama Pak Simon, dengan penuh semangat, mengajak istrinya, Bu Lila, untuk menaiki kuda bersama-sama. Mereka berdua saling bergandengan tangan, duduk di atas kuda, dan berjalan perlahan menyusuri jalan yang berdebu.
Namun, di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang pria tua yang sedang duduk di bawah pohon. Pria itu memandang mereka dengan tatapan heran, lalu berkata dengan suara keras, “Ih, kalian kejam banget! Satu kuda kalian naikin berdua, gak kasihan sama kudanya!”
Pak Simon dan Bu Lila saling berpandangan. Mereka merasa sedikit bingung, tetapi akhirnya Pak Simon turun dari kuda, memutuskan untuk berjalan kaki agar kuda mereka bisa beristirahat. Istrinya tetap duduk di atas kuda, berpikir, "Ya, mungkin benar kata pria itu. Kita memang seharusnya lebih memikirkan kuda."
Tak lama setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan, tapi kali ini mereka bertemu dengan seorang wanita muda yang berjalan dengan cepat. Wanita itu melihat mereka dan berkata dengan suara tegas, "Istri durhaka! Suaminya dibiarkan jalan kaki sementara kamu enak-enak di atas kuda!"
Bu Lila langsung merasa cemas. Ia tak ingin dipandang buruk sebagai istri yang tidak peduli pada suaminya. Dengan cepat, ia turun dari kuda, lalu memberikan kesempatan kepada Pak Simon untuk naik.
Sekarang giliran Pak Simon yang naik kuda dan Bu Lila yang berjalan kaki. Mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan langkah yang lebih cepat, berharap tak ada lagi yang mengomentari mereka. Tetapi ternyata, di depan mereka, ada seorang pria yang sedang membawa keranjang kayu, melihat ke arah mereka dan berkata sambil tertawa, “Suami yang kejam! Istrinya dibiarkan jalan kaki begitu saja!”
Pak Simon merasa bingung dan mulai lelah dengan semua komentar itu. Ia merasa tidak ada cara yang benar untuk melanjutkan perjalanan mereka tanpa ada orang yang mengomentari. Dengan wajah lesu, ia turun dari kuda dan berkata kepada istrinya, “Bagaimana kalau kita berjalan bersama-sama? Kuda ini juga sudah cukup lelah.”
Akhirnya, mereka berdua memutuskan untuk berjalan bersama, dengan kuda yang mereka bawa mengikut di belakang. Namun, tak lama kemudian, mereka bertemu dengan sekelompok anak kecil yang sedang bermain. Salah satu dari mereka menatap mereka dengan bingung dan berkata sambil tertawa, “Pasangan kocak! Bawa kuda tapi malah jalan kaki!”
Mendengar itu, Pak Simon dan Bu Lila saling pandang. Mereka tertawa bersama. Terkadang, hidup memang penuh dengan komentar orang lain, dan tidak ada yang bisa menyenangkan semua orang. Yang terpenting adalah kita tetap bisa bahagia dengan keputusan kita sendiri.
Dengan senyum di wajah, mereka melanjutkan perjalanan bersama, kuda di belakang mereka, sambil tertawa kecil. Karena mereka sadar, tidak peduli bagaimana orang lain melihat mereka, yang paling penting adalah mereka bahagia bersama.
Pesan Moral: Jangan terlalu khawatir dengan komentar orang lain. Lakukan apa yang membuat kita bahagia, dan ingat, tidak ada cara yang sempurna untuk menjalani hidup.
Posting Komentar
0 Komentar