2.5.25

Aku dan Maaaaa... - Cerita Pendek

Aku dan Maaaaa...  - Cerita Pendek Kucing


Aku adalah kucing gemoy.

Dulu aku kecil banget. 

Kecil, dekil, lapar, dan... hampir jadi camilan anjing!
Aku udah pasrah mau dijadikan kriuk-kriuk, eh tiba-tiba, "WUSSH!"
Seseorang mengangkatku, mendekapku erat.
Hangat... nyaman... aman... Bau tubuhnya kayak bau tempat tidur empuk!

Sejak itu aku punya Mama.
Iya, aku yakin... dia pasti kucing juga, cuma rada aneh: gak punya ekor, jalannya dua kaki, suaranya cerewet, tapi sayangnya... luar biasa!

Aku selalu manggil dia, "Maaaaaa!"
Setiap manggil gitu, entah kenapa whiskas muncul. Ini semacam sihir? Aku gak tau. Tapi aku gak protes.

Awalnya aku pikir aku sama Mama itu kembar beda model.
Tapi makin gede, aku mulai sadar... Eh, kok aku berbulu semua, dia nggak?
Aku punya kumis, dia nggak?
Aku makan ikan mentah, dia malah jerit-jerit kalau aku bawa kodok pulang.

Agak sulit menerima kenyataan bahwa Mama bukan kucing. 

Tapi aku tetap sayaaang Banget.

Aku tumbuh dari kucing dekil jadi kucing cowok kece.
Mandi? Jarang. Tapi bau badan? Maskulin!
Manja? Pasti.
Aku selalu nempel sama Mama. Mau Mama nonton TV, masak, atau tidur, aku ikutan.
Kadang aku tidur di kepala Mama, kadang di perutnya. Enak, anget!

Waktu udah remaja, aku mulai suka jalan-jalan.
Ke kebun, ke rumah tetangga, kadang bawa oleh-oleh buat Mama: tikus, kodok, bahkan ikan asin curian dari warung sebelah.
Aku letakkan dengan penuh cinta di keset depan pintu.
Mama sih awalnya jerit-jerit geli, tapi aku yakin di lubuk hatinya dia terharu banget.

Pernah juga Mama bilang, "Bawain uang, Nak!"
Aku pikir, ohh mama mau oleh-oleh spesial!
Besoknya aku bawain bangkai ular kecil.
Ditaruh manis di keset.
Reaksi Mama? TERIAKAN KEBAHAGIAAN!
Seisi rumah bergetar, aku bangga.

Tapi waktu terus jalan... Aku perhatikan, Mama mulai sering capek.
Dia tidur lebih lama.
Tangannya kadang dingin, kakinya kedinginan, aku peluk terus supaya anget.
Aku yang biasanya doyan makan, sekarang lebih sering diem di samping Mama.

Sampai suatu hari... Mama pingsan.
Manusia-manusia lain datang, bau mereka panik.
Aku duduk di samping Mama, deket banget. Aku nyium bau yang beda... bau yang pelan-pelan memudar...

Aku tungguin Mama, seminggu penuh.
Aku ngelus-ngelus tangannya, kucium pipinya, aku purring sekencang-kencangnya, biar Mama bangun.
Tapi Mama nggak bangun.

Suatu hari, Mama dibawa pergi.
Aku mau ikut! Aku mau ikut!!!
Tapi manusia-manusia itu menahan aku.
Aku berontak, aku cakar pintu, aku teriak... "MAAAAAA!!"

Gagal.
Aku dikunci di kamar Mama.

Saat pintu dibuka, aku langsung lari.
Aku cari Mama.
Aku endus-endus... Bau Mama samar, tapi aku tau ke mana.
1000 langkah...
Ada gundukan tanah baru di kuburan.

Aku gali...
Gali...
Gali...
Tapi aku gak ketemu Mama.
Aku duduk, nunggu... sampai hujan gerimis turun.

Hari demi hari, aku tetap menunggu.
Mungkin Mama cuma tidur lama.
Mungkin Mama lagi main petak umpet.

Tapi Mama gak keluar-keluar.

Sampai akhirnya, anaknya Mama — manusia yang baunya mirip Mama — menggendongku.
Dia bawa aku pulang, ke dalam rumah.

Aku masih nunggu Mama...
Tapi aku tau, sebagian Mama tetap hidup di dalam manusia ini.
Bau cinta itu... masih ada.
Dan aku akan tetap manggil dia...
"Maaaa..."

Previous Post
Next Post

Author:

Iqbalnana.com

Iqna menyajikan berbagai cerita pendek, kisah inspiratif, dan tips gaya hidup yang menyegarkan. Temukan template kreatif, gambar menarik, dan konten hiburan yang menginspirasi di sela waktu senggang anda.