BAGIAN 1: PERKENALAN MIKO DAN ANDREA
Di sebuah kota kecil yang penuh dengan hal absurd, hiduplah dua sahabat yang lebih absurd lagi—Miko dan Andrea.
Miko adalah tipe cowok yang selalu terlihat percaya diri, penuh energi, dan bisa bikin siapa saja ketawa dengan leluconnya. Dia cerdas, setia kawan, dan selalu punya ide-ide brilian. Tapi ada satu kelemahan fatal: begitu berhadapan dengan cewek yang disukainya, dia langsung nge-freeze. Bukan cuma sekadar gugup—tapi benar-benar berubah jadi robot error. Yang biasanya cerdas jadi bego, yang kocak jadi garing, yang energik mendadak letoy.
Sedangkan Andrea—atau nama lengkapnya Andreana—adalah gadis yang gak kalah absurd. Dia energik, cerewet, pemberani, dan suka bertingkah konyol. Bagi Andrea, dunia ini adalah panggung komedi, dan dia adalah pemeran utamanya. Tapi anehnya, meskipun dia tahu Miko adalah laki-laki, dia menganggap Miko sejenis dengannya. Entah bagaimana caranya, Miko di otaknya sudah masuk kategori "bukan cowok."
Mereka pertama kali bertemu saat kelas 1 SMA. Saat itu, Miko sedang melakukan aksi heroik—membantu seekor kucing yang terjebak di atas pohon sekolah.
"Jangan takut, Nak. Aku akan menyelamatkanmu!" kata Miko penuh percaya diri, berdiri di atas dahan pohon.
"MEONGGGG!!"
Tapi sebelum sempat menolong, kucing itu malah loncat duluan, dengan sukses mendarat di tanah seperti ninja. Sementara Miko?
KRAKK!
Dahannya patah.
"AAAAAAARRGGH!!!"
Bruk! Miko jatuh tepat di samping Andrea yang kebetulan lewat.
"Gue nyari inspirasi buat tugas menggambar, bukan nyari meteor jatuh dari pohon!" teriak Andrea, meringis kesakitan.
"Ugh... siapa suruh lo lewat sini..." Miko mengaduh, masih tergeletak di atasnya.
Momen itu menjadi awal dari persahabatan mereka yang absurd. Sejak saat itu, Andrea dan Miko sering bersama. Mereka makan di kantin bareng, pulang sekolah bareng, bahkan sering bertukar ide konyol.
Namun, Miko tidak pernah menganggap Andrea sebagai "cewek" dan Andrea pun merasa Miko adalah sesama spesiesnya. Mungkin karena mereka terlalu nyaman sebagai sahabat, atau mungkin Andrea terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sampai tidak menyadari kalau Miko sebenarnya "terlalu laki-laki" untuk jadi temannya.
Itulah awal dari kisah mereka. Sebuah persahabatan yang terlihat normal di permukaan, tapi kalau diperhatikan lebih dalam... benar-benar aneh.
BAGIAN 2: KESEHARIAN ABSURD MIKO DAN ANDREA
Setiap hari, Miko dan Andrea selalu berhasil membuat dunia di sekitar mereka terasa seperti episode sitkom yang tidak ada habisnya. Bukan karena mereka sengaja, tapi karena hidup mereka memang dipenuhi dengan momen absurd yang terjadi secara alami.
1. Insiden Kantin dan Nasi Goreng Terbang
Siang itu, seperti biasa, kantin sekolah penuh sesak. Miko dan Andrea berhasil mengamankan meja di pojokan setelah bertarung dengan anak-anak kelas sebelah yang juga mengincarnya. Dengan kemenangan mutlak, mereka mulai makan.
"Aku beneran gak ngerti, kenapa nasi goreng di kantin ini enak banget, ya?" kata Andrea sambil menyendok nasi goreng ke mulutnya.
"Karena lo makannya gratis," jawab Miko santai.
"Hah?" Andrea mengernyit.
Miko menunjuk piringnya. "Itu nasi goreng gue, Dre. Lo tadi pesen bakso."
Andrea melirik ke piringnya sendiri, di mana semangkuk bakso tergeletak dengan sendu. Sedangkan di piring Miko, nasi gorengnya sudah berkurang setengah.
"HEH?! KENAPA GUE MAKAN PUNYA LO?! KENAPA LO DIAM AJA?!" Andrea hampir tersedak.
Miko mengangkat bahu. "Gue pengen lihat lo sadar sendiri. Ternyata gak sadar-sadar."
Andrea menggeram. "Ya udah, lo makan bakso gue!"
"Tapi gue maunya nasi goreng..."
Dan begitulah, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk barter makanan, tapi entah bagaimana caranya, garpu Andrea terpeleset, mengenai piring, dan...
PLAK!
Nasi goreng Miko melayang di udara dalam slow motion sebelum mendarat di kepala seorang senior galak yang duduk di dekat mereka.
Seluruh kantin terdiam. Senior itu berdiri, wajahnya penuh amarah dan... nasi goreng.
"SIAPA YANG LEMPAR NASI GORENG?!?!"
Tanpa pikir panjang, Miko dan Andrea langsung kabur sambil tertawa.
2. Sepeda vs. Lubang Jalan
Pulang sekolah, Miko selalu mengantar Andrea naik sepeda. Bukan karena romantis, tapi lebih ke karena Andrea malas jalan kaki.
"Lo tuh kayak bos mafia," gerutu Miko sambil mengayuh. "Gue disuruh nganter tiap hari!"
"Ya abis lo yang nawarin pertama kali, jadi itu janji, dan janji itu hutang, Miko!" Andrea tertawa di jok belakang.
"Tapi gue nawarin sekali doang! Itu dua tahun lalu!"
"Tetep aja! Gue kan anak baik, jadi menghargai kebaikan lo."
Miko mendengus, tapi tetap mengayuh.
Sampai tiba-tiba…
DUARR!
Ban depan sepeda masuk ke dalam lubang jalan yang tidak terlihat. Miko refleks mengerem, tapi sudah terlambat. Andrea yang duduk di belakang terlempar ke depan dalam gerakan akrobatik yang dramatis.
"WOOOOAAAAAHHH!!!"
Mendarat!
Untungnya, dia jatuh di atas tumpukan kardus bekas di pinggir jalan.
Miko berhenti, menatap Andrea yang tergeletak di sana seperti bintang jatuh.
"Gak apa-apa, Dre?" tanyanya sambil menahan tawa.
Andrea mendongak, wajahnya kesal. "Miko..."
"Hmm?"
"KENAPA LO GAK IKUT JATUH JUGA?!"
Dan begitulah, Andrea bangkit dengan mata penuh dendam dan langsung menendang sepeda Miko hingga ikut jatuh.
Miko terdiam, memandang sepedanya yang kini tak berdaya.
"Lo pikir ini anime?!" protesnya.
"Gak! Ini balas dendam!"
3. Guru, Kertas Ulangan, dan Rahasia yang Terbongkar
Keesokan harinya, mereka dapat hasil ulangan Matematika.
Andrea menghela napas, menatap nilainya. "Yah, delapan puluh. Lumayan."
Miko mendelik. "Itu bagus, Dre!"
"Ya, tapi kalau dibandingin sama nilai lo..." Andrea melirik kertas Miko yang bertuliskan 100 besar-besar.
Sebelum Miko sempat membanggakan diri, tiba-tiba suara lantang guru mereka terdengar.
"Baiklah, anak-anak! Kali ini ada satu anak yang mendapat nilai sempurna. Kalian tahu siapa?"
Seluruh kelas serempak menoleh ke Miko.
Miko tersenyum bangga. Tapi senyum itu langsung pudar begitu gurunya menambahkan,
"Bukan cuma itu, dia juga lupa menghapus coretan di bawah jawabannya…"
Guru itu membalikkan kertasnya, memperlihatkan tulisan kecil di bagian bawahnya:
'Dari Miko untuk Andrea, gue udah nyontekin lo, jangan lupa traktir gue bakso.'
Andrea membelalak.
Satu kelas bersorak.
Miko membatu.
Andrea perlahan menoleh ke Miko. "Gue harusnya terharu atau ngamuk, ya?"
Miko menelan ludah. "Pilih yang pertama aja, Dre…"
Dan begitulah, hari-hari absurd mereka terus berlanjut dengan kekonyolan tanpa akhir.
BAGIAN 3: MIKO CARI PACAR?!
Sejak mereka masuk kelas 3, ada satu hal yang mulai berubah dalam hidup Miko—teman-temannya semakin sering meledeknya karena masih jomblo.
"Serius, Ko. Lo tuh kayak tokoh utama anime yang udah OP tapi gagal di satu bidang," kata Raka, teman sekelasnya.
"Apa tuh?" tanya Miko dengan santai, padahal sudah bisa menebak jawabannya.
"Aspek percintaan! Nih, lo keren, cerdas, kocak, setia kawan, tapi sekali berhadapan sama cewek yang lo suka? Langsung nge-freeze kayak komputer kentang!"
Miko mendengus. "Lebay. Gue gak separah itu."
Andrea yang duduk di bangku sebelah langsung terkekeh. "Ehem. Lo lupa insiden di taman minggu lalu?"
Miko langsung membeku di tempat.
Insiden Taman: Miko vs. Cewek Idaman
Seminggu yang lalu, Andrea dengan santainya menyeret Miko ke taman dekat sekolah karena tahu ada seseorang yang ditaksir Miko—seorang gadis kelas sebelah bernama Naila.
"Ayo, sana! Pura-pura ngobrol santai, terus kenalan!" kata Andrea, mendorong Miko ke arah Naila yang sedang duduk membaca buku di bangku taman.
Miko awalnya percaya diri. Langkahnya mantap. Senyum sudah terpasang. Tapi begitu Naila menoleh dan tersenyum balik...
ERROR 404: CONFIDENCE NOT FOUND
Seluruh sistem tubuh Miko langsung shutdown. Dia berhenti di tempat, matanya kosong, tangannya kaku, mulutnya terbuka seperti ikan koi di akuarium.
Naila menatapnya bingung. "Eh... ada perlu?"
Miko masih membeku.
Andrea yang melihat dari jauh langsung panik. "Duh, si bego nge-lag lagi..."
Akhirnya, setelah hampir satu menit penuh Miko berdiri seperti patung, Andrea terpaksa turun tangan. Dengan langkah cepat, dia menghampiri dan menyenggolnya cukup keras.
Miko yang masih freeze kehilangan keseimbangan dan...
BLUK!
Dia jatuh ke tanah dengan posisi tengkurap.
Naila langsung kaget. "H-Hah?! Kamu gak apa-apa?"
Miko yang sadar dari hang-nya langsung bangkit dengan panik dan berkata,
"MAAF SAYA SEORANG MESIN!"
Lalu dia lari sekencang mungkin meninggalkan taman.
Andrea hanya bisa menahan tawa sementara Naila semakin bingung.
Sejak saat itu, insiden tersebut menjadi legenda di antara teman-teman mereka. Dan Miko? Trauma.
Operasi Cari Pacar Dimulai!
Karena sering diledek, Miko akhirnya bertekad: Gue harus punya pacar sebelum lulus!
Andrea, tentu saja, langsung tertawa ngakak. "SERIOUSLY?! Lo yang tiap deket cewek langsung nge-freeze mau nyari pacar?"
Miko mengangguk mantap. "Iya, dan lo harus bantu gue!"
Andrea menatapnya lama, lalu menghela napas. "Baiklah. Sebagai sahabat, gue bakal bantu. Tapi jangan nyalahin gue kalau misinya gagal total."
"Aku yakin! Aku bisa!" kata Miko dengan percaya diri.
Sayangnya, dia lupa kalau Andrea itu sahabat yang sedikit… jahat.
Misi 1: Kelas Bahasa Cinta
Hari pertama operasi, Andrea mencoba melatih Miko dengan simulasi ngobrol sama cewek.
"Baik, ini latihan. Anggap gue cewek yang lo taksir. Ayo, coba kenalan," kata Andrea sambil memasang ekspresi manis.
Miko menghela napas. "Oke, oke." Dia mengambil pose santai dan mencoba memulai percakapan. "Hai, nama aku—"
Andrea tiba-tiba memiringkan kepala dan tersenyum manis. "Hai juga~"
ERROR 500: SYSTEM CRASHED
Miko langsung nge-freeze lagi. Mulutnya terbuka, wajahnya merah padam, otaknya shutdown.
Andrea ngakak. "ASTAGA! Lo bahkan gugup SAMA GUE?! Hahaha!"
Miko langsung menutup wajahnya. "Bisa gak lo jangan tiba-tiba kayak heroine anime?!"
Andrea masih tertawa. "Yah, lo harus siap, Ko! Cewek itu kadang manis, kadang ngeselin. Gimana lo mau pacaran kalau kena senyum aja langsung nge-lag?"
Miko menghela napas panjang. "Gue butuh latihan lebih keras..."
Dan begitulah, petualangan absurd Miko mencari pacar pun dimulai.
BAGIAN 4: CINTA ITU RUMIT, KECUALI UNTUK ANDREA?!
Operasi Cari Pacar Miko memasuki minggu kedua. Dan sejauh ini... Miko masih gagal total.
Setiap kali berhadapan dengan cewek yang menarik perhatiannya, dia selalu nge-freeze. Andrea sudah mencoba segala cara—latihan berbicara, latihan kontak mata, bahkan latihan pickup line romantis. Tapi hasilnya nihil.
Hari itu, mereka duduk di kantin, membahas strategi selanjutnya.
"Ko, gue mulai curiga, lo itu bukan gak bisa deketin cewek. Lo cuma kelebihan beban kalau ceweknya cakep," kata Andrea sambil menyeruput es teh.
Miko menghela napas panjang. "Gue juga curiga. Tapi gimana dong? Masa gue harus pacaran sama cewek yang gak gue suka?"
Andrea berpikir sejenak. Lalu sebuah ide gila muncul di kepalanya.
"Yasudah. Gue kasih contoh langsung!" katanya dengan penuh semangat.
Miko menatapnya curiga. "Maksudnya?"
"Gue bakal tunjukin caranya dapet pacar! Lihat dan pelajari!"
OPERATION ANDREA CARI PACAR
Andrea memang bukan tipe cewek pemalu. Dalam waktu kurang dari sehari, dia sudah berhasil menarik perhatian seorang senior tampan bernama Rio—ketua OSIS yang terkenal cool dan jago olahraga.
Miko yang melihat Andrea dengan mudahnya ngobrol santai dengan Rio cuma bisa tepok jidat.
"GILA. Lo dapet pacar SECEPAT ITU?" katanya tidak percaya.
Andrea tertawa. "Ya iyalah! Lo tuh terlalu mikir! Lihat nih, caranya gampang."
Miko hanya bisa melongo saat Andrea dengan santainya menerima ajakan kencan Rio.
Namun, sejak Andrea resmi berstatus punya pacar, ada sesuatu yang terasa... aneh.
Miko mulai merasa ada yang kurang.
Biasanya, kalau dia gagal PDKT, Andrea selalu ada buat menertawakan dan menyemangatinya. Tapi sekarang? Andrea sibuk sama pacarnya.
Ketika mereka nongkrong di kantin, Andrea lebih banyak chatting sama Rio. Saat mereka pulang sekolah, Andrea sering dijemput Rio. Dan yang paling parah...
Andrea gak ikut meledek Miko saat dia gagal lagi!
Biasanya, kalau Miko nge-freeze depan cewek, Andrea akan tertawa sampai perutnya sakit. Tapi sekarang? Andrea cuma menghela napas dan berkata, "Ya ampun, Ko... Sudahlah, fokus belajar aja."
Miko langsung merasa dunia runtuh.
"LO SIAPA DAN APA YANG LO LAKUKAN DENGAN SAHABAT GUE?!"
Andrea hanya tertawa, tapi ada sesuatu di matanya yang aneh.
Dan akhirnya, puncaknya terjadi...
KEJADIAN ABSURD: PUTUSNYA ANDREA & RIO
Hari itu, Andrea dan Rio sedang makan berdua di kafe dekat sekolah. Miko, yang merasa aneh karena Andrea mulai jarang ngajak dia ngobrol, diam-diam memata-matai mereka dari balik pot bunga (dengan teknik menyamar yang sangat buruk).
Andrea tampak tidak seperti biasanya. Biasanya dia rame, bawel, dan suka bercanda. Tapi kali ini, dia lebih banyak diam, menatap Rio dengan tatapan berpikir.
Rio menyadari itu dan bertanya, "Andrea, kamu kenapa?"
Andrea menarik napas dalam. "Aku kayaknya gak bisa lanjut hubungan ini..."
Rio kaget. "Loh, kenapa?"
Andrea menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gimana ya jelasinnya..."
Saat itu, tiba-tiba terdengar suara BRAAAKK!!
Mereka menoleh dan melihat Miko jatuh ke lantai, masih dalam posisi bersembunyi di balik pot bunga yang pecah berantakan.
Rio mengerutkan kening. "Tunggu, itu... Miko?"
Miko dengan panik berdiri dan tertawa canggung. "Hehehe... Halo, bro! Gak sengaja lewat!"
Andrea langsung menutup wajahnya. "Miko... Lo itu gak bisa jadi mata-mata..."
Rio menatap Miko, lalu menatap Andrea yang masih menahan tawa. Lalu dia sadar... Andrea lebih banyak tertawa kalau ada Miko.
Rio menarik napas panjang dan tersenyum. "Andrea... Lo sebenernya suka gue atau enggak?"
Andrea terdiam.
Rio kembali bicara. "Kalau gue liat, kayaknya lo lebih suka sama Miko."
Andrea tersedak. "APA?! Nggak! Dia sahabat gue!"
Rio mengangkat bahu. "Yaudah, kalo gitu gue mundur aja. Gue gak mau jadi nomor dua setelah Miko."
Andrea semakin panik. "B-Bukan gitu maksudnya!"
Tapi Rio sudah berdiri, menepuk bahu Miko, dan berkata, "Bro, lo itu lebih penting buat dia. Gue gak mau jadi pengganggu."
Lalu dia pergi.
Andrea masih melongo. "Loh... Gue baru mau mutusin dia dengan cara baik-baik! Kok malah dia yang mutusin gue duluan?!"
Miko menatapnya dengan simpati. "Yah, setidaknya lo gak harus nyari alasan ribet..."
Andrea menghela napas panjang. "Gue baru pacaran seminggu dan udah diputusin dengan cara absurd begini... Kayaknya gue emang gak berbakat pacaran."
Miko hanya tersenyum kecil. "Welcome back, Andrea."
Andrea menatapnya lama, lalu tertawa. "Iya, iya. Gue balik jadi sahabat lo lagi. Tapi inget ya, gue tetep bakal bantu lo nyari pacar!"
Miko menghela napas. "Gue jadi ragu ini bakal berhasil..."
Dan dengan itu, operasi cari pacar Miko pun kembali berlanjut...
BAGIAN 5: SELAMAT DATANG DI DUNIA PERKULIAHAN! (OPERASI CARI PACAR MASIH LANJUT?!)
Setelah melewati Ujian Nasional yang penuh dengan drama absurd—mulai dari pensil Andrea yang selalu patah saat ujian matematika, hingga Miko yang ketiduran di sesi listening Bahasa Inggris karena suara naratornya kelewat merdu—akhirnya mereka resmi menjadi mahasiswa!
Dan yang lebih mengejutkan? Mereka ternyata diterima di kampus yang sama!
"Gila, Ko, gue pikir lo bakal kuliah di luar negeri atau apa," kata Andrea sambil menenteng ransel besarnya.
Miko mendengus. "Ya kali gue ninggalin lo sendirian. Siapa lagi yang bakal ngingetin lo kalau lo lupa bawa dompet pas jajan?"
Andrea tertawa. "Bener juga sih."
Hari pertama kuliah, mereka langsung disambut dengan ospek yang absurd. Senior-senior berusaha terlihat garang, tapi gagal karena salah satu dari mereka lupa bawa name tag dan malah dikenali sebagai mantan seleb TikTok.
Andrea menikmati ospek itu, karena menurutnya, "Semua orang di sini lebih absurd dari kita!"
Miko, di sisi lain, hanya punya satu fokus: Operasi Cari Pacar Semester 1 harus sukses!
KAMPUS = LAHAN BARU, KESEMPATAN BARU?!
Kampus mereka dipenuhi mahasiswa-mahasiswa kece dari berbagai daerah. Miko mulai merasa bahwa ini adalah kesempatan emasnya untuk menghapus kutukan nge-freeze-nya.
Hari pertama, Miko mencoba berkenalan dengan cewek cantik di kelasnya.
"Eh, hai! Nama gue Miko, kita satu kelas, kan?"
Cewek itu tersenyum. "Oh, iya! Aku Clara."
Miko menelan ludah. Dia bisa merasakan jantungnya mulai bekerja dua kali lipat lebih cepat. Tapi dia menahan diri. Kali ini dia gak boleh nge-freeze.
"A-Apa..." Miko mencoba berkata-kata, tapi...
"Apa... p-p-p-pernah... a-a-anda m-m-melihat p-p-pisang?"
Andrea yang duduk di belakang langsung nyembur minumnya.
Clara menatap Miko bingung. "Eh?"
Miko langsung pingsan di tempat.
Andrea menepuk jidat. "Ya Tuhan... kutukannya masih ada..."
ANDREA: WINGMAN PALING AMBISIUS
Andrea tidak menyerah. Kalau Miko masih gagal PDKT, berarti Andrea harus turun tangan!
Dia mulai memperkenalkan Miko ke teman-teman perempuannya.
"Ini Miko! Dia tuh baik, lucu, pinter, cerdas... Eh, tunggu, kenapa lo diem, Ko?"
Miko hanya diam, matanya kosong seperti layar biru komputer.
Andrea mengguncang bahunya. "Ko, balik! Balik ke dunia nyata!"
Miko tetap diam. Andrea akhirnya memukul punggungnya keras-keras.
"HUEEKKK—!"
Miko terbatuk dan kembali normal. "Astaga... Gue kayak baru keluar dari dimensi lain..."
Andrea menghela napas. "Ko, lo tuh keren kalau sama gue, tapi kalau sama cewek lain langsung jadi kayak robot rusak. Gimana sih lo?"
Miko hanya bisa menghela napas. "Gue juga gak ngerti, Ndre..."
Tapi Andrea tidak menyerah. Operasi Cari Pacar harus tetap berjalan!
Sampai akhirnya, keajaiban terjadi...
MIKO DAPET PACAR?!
Setelah berbagai percobaan absurd, akhirnya Miko berhasil!
Seorang mahasiswi jurusan Sastra bernama Nadia menyukai kepribadian Miko yang sebenarnya—ya, meskipun sering nge-freeze, Miko tetap baik, perhatian, dan jago banget dalam hal akademik.
Miko kaget bukan main saat Nadia mengungkapkan perasaannya lebih dulu.
"Eh... Jadi... Gue pacaran sekarang?"
Andrea menatapnya lama. "Gila. GILA. Lo berhasil, Ko! Gue bangga banget sama lo!"
Miko hanya bisa nyengir canggung. "Iya, gue juga kaget..."
Andrea tersenyum lebar. "Oke! Sekarang gue gak perlu jadi mak comblang lagi! Semoga lo bahagia sama Nadia ya!"
Miko mengangguk. "Iya... iya..."
***
Tapi...
ada satu masalah...
Kenapa rasanya... gak ada yang berubah?
Biasanya, kalau dia berhasil mencapai sesuatu, dia akan merasa puas. Tapi kali ini, ada sesuatu yang aneh di dadanya. Seolah-olah ada satu bagian dalam hidupnya yang kosong.
Dan dia tidak tahu kenapa...
Sementara itu, Andrea juga merasa ada sesuatu yang janggal.
Miko dapet pacar, harusnya dia seneng. Harusnya dia bahagia buat sahabatnya. Tapi kenapa hatinya... kayak ada yang nyesek?
Dia mencoba mengabaikan perasaan itu, tapi tetap saja ada sesuatu yang mengganggunya.
Dan tanpa sadar, Andrea mulai bertanya-tanya...
"Miko bahagia, kan? Kalau gitu, kenapa gue malah galau?"
BAGIAN 6: KENAPA MALAH GALAU?! (PSIKOLOG RSJ, HERE I COME?!)
Sudah sebulan Miko resmi pacaran dengan Nadia.
Harusnya dia bahagia. Harusnya dia senang. Harusnya dia merasa kemenangan besar setelah bertahun-tahun gagal mendekati cewek.
Tapi anehnya... kok rasanya biasa aja?
Miko masih sering nongkrong sama Andrea, masih tertawa-tawa bareng, masih menjalani hidup seperti biasa. Bedanya, sekarang dia punya pacar yang rajin ngechat, rajin nanyain, dan kadang suka ngajakin jalan.
Tapi setiap kali Nadia mengajaknya keluar, Miko merasa kayak lagi ikutan wawancara kerja.
"Niko, besok kita nonton yuk!"
"Oh... oke."
"Nanti kita dinner bareng juga ya!"
"Oke..."
Dan ketika akhirnya mereka jalan berdua, yang biasanya di kepala Miko ada Andrea yang selalu ngoceh tanpa henti, sekarang... hanya ada suara jangkrik.
Miko sadar sesuatu:
Nadia memang cantik. Tapi ternyata dia gak segokil Andrea.
Sementara itu... Andrea juga dalam keadaan darurat.
ANDREA GALAU TINGKAT DEWA!
Andrea pikir, dengan Miko punya pacar, dia bisa lebih bebas, bisa lebih tenang, bisa lebih lepas.
Tapi nyatanya... KENAPA HATI NYA NYESEK?!
Setiap kali dia melihat Miko dan Nadia bareng, dadanya terasa aneh. Setiap kali Nadia merangkul Miko, dia merasa ada yang menusuk.
Andrea mulai overthinking.
"Apakah ini cemburu?"
"Gue gak mungkin suka sama Miko, kan? Gue cuma nganggep dia sahabat!"
"Tapi kalau gue gak suka, kenapa gue jadi kepikiran terus?"
"GUE UDAH GILA KAYAKNYA!"
Andrea mulai panik.
"Apa gue perlu ke psikolog?" gumamnya sambil memegang kepalanya.
Lalu, dalam kepanikannya, dia tanpa sadar mengetik di Google:
"Psikolog untuk masalah perasaan aneh terhadap sahabat sendiri."
Dan yang muncul adalah alamat rumah sakit jiwa.
Andrea menatap layar HP-nya lama.
"...Yaudahlah, mungkin ini memang jalannya."
Esoknya, Andrea dengan langkah mantap pergi ke rumah sakit jiwa.
Tapi begitu sampai, dia baru sadar...
"Eh, bentar. Memangnya psikolog kerja di RSJ?"
Dia menatap papan nama rumah sakit itu dan mulai berpikir dua kali.
Saat dia masih bingung, seorang perawat menghampirinya.
"Adik cari siapa?"
Andrea terdiam sebentar, lalu berkata pelan, "Saya... mau konsultasi tentang masalah hati..."
Perawat itu menatapnya lama.
"Kami di sini khusus menangani pasien dengan gangguan jiwa berat. Adik yakin tempatnya di sini?"
Andrea akhirnya sadar:
"Gue keterlaluan sih kalau sampai kesini cuma buat galau doang."
Dengan cepat, dia kabur dari rumah sakit itu sebelum disangka pasien baru.
Tapi masalahnya belum selesai. Andrea masih galau, dan dia masih gak ngerti perasaannya sendiri.
Dan yang lebih parah...
Miko juga mulai sadar ada sesuatu yang salah.
BAGIAN 7: OPERASI CARI PACAR, TAPI KENAPA MIKO NGAMBEK?!
Andrea akhirnya sadar satu hal setelah galau tingkat dewa:
“Gue tuh bukan cemburu… gue cuma iri!”
Iri karena Miko udah punya pacar, sementara dia masih jomblo.
Jadi, solusinya sederhana: Cari pacar juga!
“Gue harus punya pacar!” seru Andrea penuh semangat saat nongkrong bareng Miko di kantin kampus.
Miko, yang masih sibuk mengunyah gorengan, langsung mengacungkan jempol. “Mantap! Gue dukung lu seratus persen!”
Andrea tersenyum puas. “Gue bakal buktiin kalau nyari pacar itu gampang! Gak kayak elu yang butuh bertahun-tahun dan harus jatuh bangun dulu.”
Miko mendengus. “Iya iya, kita lihat aja.”
Dan benar saja. Andrea yang cerdas, ceria, dan gokil ini ternyata gak butuh waktu lama untuk menarik perhatian senior di kampusnya.
Seorang kakak tingkat bernama Daniel mulai sering ngajak Andrea ngobrol.
Miko awalnya santai. “Wah, progress lu cepat juga ya!” katanya sambil ngeteh santai.
Tapi lama-lama… kenapa dia jadi gak enak hati?
Setiap kali Andrea chatting sama Daniel, Miko jadi sebel.
Setiap kali Andrea cerita soal Daniel, Miko males dengerin.
Dan puncaknya, saat Daniel akhirnya nembak Andrea di depan banyak orang, dan Andrea mengiyakan…
Miko langsung ngambek.
Gak ada ucapan selamat. Gak ada tepuk tangan. Gak ada candaan khas Miko.
Yang ada cuma Miko yang tiba-tiba mendadak cuek dan menjauh.
Andrea bingung. “Miko? Lo kenapa?”
Miko cuma menjawab datar, “Gak kenapa-napa.”
Tapi dari cara dia gak mau ngeliat mata Andrea, dari cara dia buru-buru ngeloyor pergi, Andrea tahu…
Miko lagi ngambek.
Tapi kenapa?
Bukannya dia sendiri yang nyuruh Andrea cari pacar?
BAGIAN 8: PERTENGKARAN BESAR! TUDUHAN TIDAK SETIA KAWAN VS EGOIS DAN TIDAK PEKA
Miko masih ngambek. Parah banget.
Sejak Andrea jadian sama Daniel, Miko jadi jauh lebih pendiam. Kalau dulu dia selalu ngajak Andrea bercanda, sekarang malah jawab sekenanya.
Kalau dulu mereka sering nongkrong bareng, sekarang Miko selalu ada alasan buat pergi lebih dulu.
Andrea awalnya gak terlalu ambil pusing. Dia pikir, "Mungkin Miko butuh waktu buat terbiasa."
Tapi setelah seminggu penuh Miko terus bersikap dingin, Andrea udah gak tahan lagi.
Hari itu, saat mereka pulang kuliah, Andrea akhirnya meledak.
"Miko, lo kenapa sih?!"
Miko, yang lagi duduk santai di tangga kampus, cuma melirik sekilas. "Gak kenapa-napa."
"Bohong!" Andrea mendekat, tangannya bersedekap. "Sejak gue jadian, lo jadi aneh. Gak becanda, gak ngobrol, gue chat juga lo balesnya kayak karakter AI! Lo tuh kenapa?!"
Miko menghela napas panjang. Sejujurnya, dia juga gak ngerti kenapa dia bete.
Tapi entah kenapa, dia malah menjawab, "Lo gak setia kawan."
Andrea langsung melongo.
"Hah?! GUE yang gak setia kawan?! Lo sehat, Mik?!"
Miko cemberut. "Iya! Lo terlalu sibuk sama Daniel! Lo berubah, Ndre! Lo lupa sama gue!"
Andrea menatapnya tak percaya. "Apa-apaan sih?! Gue gak berubah! Lo aja yang tiba-tiba ngejauh!"
"Karena lo sibuk pacaran!" balas Miko.
Andrea melotot. "Terus waktu lo pacaran sama Nadia, gue protes gak? Gak kan?! Gue malah dukung lo!"
"Itu beda!"
"BEDA DARI MANA?!"
Miko terdiam. Iya juga sih... beda dari mana?
Tapi dia tetap gak mau kalah. "Pokoknya gue gak suka cara lo sekarang!"
Andrea benar-benar marah.
"Lo tuh egois, Miko!" bentaknya. "Gue selalu dukung lo, tapi pas gue akhirnya bahagia, lo malah ngambek kayak bocah! Lo gak peka banget!"
"Terus lo juga gak peka! Lo gak sadar kalau gue ngerasa kehilangan!" Miko akhirnya terpancing emosi.
Andrea terdiam. Kehilangan?
Miko langsung sadar kalau dia keceplosan.
Tapi nasi udah jadi bubur.
Andrea melipat tangan di dada. "Jadi, lo ngerasa kehilangan? Kenapa? Gue kan cuma pacaran."
Miko gak bisa jawab.
Andrea menghela napas, marah sekaligus kecewa.
"Kalau lo gak bisa terima gue pacaran, kita mending gak usah temenan lagi."
Miko terdiam, tapi dia juga gak menahan Andrea untuk pergi.
Andrea berbalik, melangkah pergi dengan perasaan campur aduk.
Dan di situlah, persahabatan mereka mulai retak.
BAGIAN 9: MIKO DAN ANDREA MARAHAN – MIKO DIAM-DIAM PUTUS DENGAN PACARNYA
Sejak pertengkaran besar itu, Miko dan Andrea benar-benar gak ngobrol lagi.
Biasanya, setiap hari mereka pasti nongkrong bareng, bercanda, atau sekadar berantem gak jelas. Tapi sekarang? Kosong. Hampa. Sepi.
Di kampus, mereka cuma saling tatap sekilas lalu pura-pura gak kenal.
Teman-teman mereka bingung.
“Ada apa sama Miko dan Andrea?”
“Biasanya kayak Tom & Jerry, kok sekarang diem-dieman?”
Bahkan dosen pun sampai curiga.
Sementara itu, Miko merasa ada yang aneh.
Dulu, waktu dia masih pacaran dengan Nadia, dia pikir itu hal yang keren. Akhirnya dia bisa pacaran, gak jadi jomblo terus!
Tapi anehnya… dia gak pernah merasa benar-benar bahagia.
Waktu jalan bareng Nadia, rasanya biasa aja.
Waktu ngobrol, gak seasyik ngobrol sama Andrea.
Bahkan ketika Nadia ngambek pun, dia gak merasa panik atau cemas.
Tapi waktu Andrea marah beneran? Rasanya dunia runtuh.
Miko mulai sadar: bukan pacarnya yang bikin dia bahagia… tapi Andrea.
Sial. Dia baru sadar sekarang.
Akhirnya, tanpa banyak drama, Miko putus dengan Nadia.
Miko: “Kayaknya kita emang gak cocok.”
Nadia: “Iya sih. Dari awal juga gue curiga lo tuh suka sama orang lain.”
Miko: “Hah?”
Nadia: “Mata lo selalu kelihatan kosong tiap jalan sama gue. Tapi waktu ngobrol soal Andrea, lo tuh beda.”
Miko terdiam. Astaga… orang lain aja bisa lihat.
Nadia menepuk bahu Miko. “Udahlah, jangan kebanyakan denial. Pergi sana, urus perasaan lo yang sebenarnya.”
Miko gak langsung ngeh maksudnya.
Tapi malam itu, saat dia rebahan di kamar, dia mulai mikir keras…
Andrea… apa dia juga merasa yang sama?
BAGIAN 10: FLASHBACK & KEPUTUSAN ANDREA
Andrea duduk di kafe bersama Daniel, pacarnya.
Di depannya, Daniel sedang asyik cerita tentang sesuatu yang seharusnya menarik. Mungkin tentang hobinya, atau mungkin tentang rencana masa depan mereka.
Tapi Andrea?
Pikirannya melayang ke tempat lain.
Bukan ke tugas kuliah. Bukan ke drama Korea yang belum selesai ditonton.
Tapi ke Miko.
Miko yang selalu ada di sisinya.
Miko yang sering bikin dia jengkel, tapi juga bikin harinya seru.
Miko yang selalu berantakan, tapi entah kenapa bikin nyaman.
Dan Miko yang dulu, sebelum mereka kenal…
[FLASHBACK]
Saat itu, Andrea masih kelas 1 SMA. Dia sedang berjalan santai di halaman sekolah, mencari inspirasi buat tugas menggambarnya.
Tiba-tiba—
"AAAAAAAARRGGH!!!"
Sebuah benda jatuh dari langit.
Bukan, bukan meteor.
Miko.
BRUK!
Miko jatuh tepat di samping Andrea.
Andrea yang malang hampir pingsan karena terkejut.
"Gue nyari inspirasi buat tugas menggambar, bukan nyari meteor jatuh dari pohon!" teriak Andrea, meringis kesakitan.
"Ugh... siapa suruh lo lewat sini…" Miko mengaduh, masih setengah sadar.
Di atas, seekor kucing yang tadi diselamatkan malah santai menjilati kakinya, aman dan selamat.
Sejak saat itu, mereka jadi kenal.
Sejak saat itu, hidup Andrea gak pernah sama lagi.
[KEMBALI KE MASA KINI]
Andrea tersadar dari lamunannya.
Daniel masih di depannya, menatapnya dengan bingung.
“Andrea? Kok diem aja?” tanyanya.
Andrea menatapnya.
Kenapa dia gak bisa fokus ke Daniel?
Kenapa yang muncul di pikirannya malah… Miko?
Seketika, dia merasa sesak.
Kenapa baru sekarang dia sadar?
Selama ini, perasaannya ke Miko bukan cuma sebatas sahabat.
Dia meraih tasnya dan berdiri.
“Andrea?” Daniel kembali memanggil.
Andrea menatapnya dengan ekspresi penuh tekad.
“Daniel, maaf. Aku rasa… aku gak bisa.”
Daniel mengernyit. “Gak bisa apa?”
Andrea menarik napas dalam-dalam. "Aku gak bisa sama kamu."
Lalu, tanpa menunggu jawaban, dia berbalik dan langsung pergi.
Meninggalkan Daniel yang cuma bisa melongo.
Di luar, hati Andrea berdetak kencang.
Dia gak peduli kalau dia baru saja mutusin pacarnya secara absurd.
Dia gak peduli kalau Miko mungkin gak punya perasaan yang sama.
Tapi…
“Bodo amat! Gue harus ketemu Miko!”
Dan dengan tekad bulat, Andrea berlari mencari Miko.
BAGIAN 11: ANDREA MENCARI MIKO
Andrea berlari sekencang mungkin.
Bukan lari pagi. Bukan juga karena dikejar anjing.
Tapi karena hatinya sudah memutuskan sesuatu.
Dia harus ketemu Miko. Sekarang juga.
Di mana dia biasanya kalau lagi galau?
Kafe? Enggak, terlalu banyak orang.
Kosannya? Mungkin, tapi dia jarang diem di kamar.
Tiba-tiba, Andrea ingat satu tempat.
Taman kecil di belakang kampus.
Tempat yang sepi, adem, dan biasanya jadi tempat Miko ngelamun kalau lagi kena “masalah berat” (baca: diledekin temen, salah beli nasi goreng, atau gagal PDKT).
Andrea langsung melesat ke sana.
---
Sementara itu, di taman belakang kampus…
Miko duduk sendirian di bangku kayu, menatap langit sore yang mulai kemerahan.
Di tangannya, ada segelas es kopi yang udah gak ada es-nya karena didiamkan terlalu lama.
Kepalanya penuh dengan pertanyaan.
Kenapa dia gak merasa bahagia setelah punya pacar?
Kenapa waktu putus, dia juga gak merasa sedih?
Kenapa yang selalu muncul di pikirannya bukan mantannya, tapi Andrea?
"Jangan-jangan…"
Sebelum dia bisa menyelesaikan pikirannya, tiba-tiba seseorang datang dengan napas ngos-ngosan.
"MIKOOOOO!!"
Miko refleks menoleh.
Dan matanya langsung membelalak.
Andrea berdiri di depannya.
Mukanya merah karena kelelahan. Napasnya terengah-engah.
Tapi yang bikin Miko nge-freeze adalah…
Andrea sangat berbeda.
Bukan kaos oblong dan celana jeans robek khasnya.
Bukan rambut berantakan seperti baru bangun tidur.
Andrea berdiri di sana dengan penampilan yang sangat cantik dan feminin.
Rok selutut berwarna pastel. Rambutnya sedikit tertata. Bahkan ada sedikit make-up di wajahnya.
Miko… langsung beku.
Dari seorang cowok tengil, cerdas, dan humoris—seketika berubah jadi patung.
Mulutnya sedikit terbuka, tapi tidak ada suara yang keluar.
Andrea memperhatikan ekspresinya, lalu tertawa kecil.
"Akhirnya."
Miko masih bingung. “A-apanya yang akhirnya…?”
Andrea tersenyum lebar, lalu tiba-tiba merangkulnya erat.
"Akhirnya gue tau apa yang gue rasain ke lo, Miko."
---
Miko mendadak kaku.
Bukan karena dipeluk Andrea.
Tapi karena sesuatu yang tiba-tiba… terpegang.
DEG!
Otak Miko langsung error.
Andrea baru sadar dan langsung menampar pipi Miko.
PLAK!
Miko refleks mundur dan langsung mimisan.
Lalu… pingsan.
---
Andrea menatap Miko yang tergeletak.
Hening.
Burung-burung di pohon berkicau.
Angin berhembus lembut.
Andrea menutupi wajahnya yang merah padam.
"...Dasar idiot."
EPILOG: MULUT BERKATA TIDAK
Langit senja semakin gelap.
Andrea duduk di samping Miko yang masih pingsan di bangku taman.
Tangannya memegang sebotol air mineral yang tadi dia beli dari vending machine.
"Gue udah cape lari ke sini, eh dia malah pingsan..." gumam Andrea, menatap Miko yang masih diam dengan setetes darah mengering di hidungnya.
Dia mendesah pelan, lalu mulai mengguncang bahu Miko.
"Oi, bangun, bego."
Miko mengerang pelan, lalu pelan-pelan membuka matanya.
Hal pertama yang dia lihat adalah wajah Andrea yang sangat dekat dengannya.
"HABIS INI GUE HARUS PUASA DULU GAK, YA?"
Andrea menyipitkan mata. "Hah?"
Miko langsung terduduk panik. "Enggak-enggak, maksudnya, tadi kayaknya gue baru aja ngerasain dosa besar..."
Andrea terdiam sebentar, lalu ingat insiden tadi.
"...LO MASIH INGAT?!"
Miko mengangguk cepat, lalu langsung berusaha berdiri buat kabur.
Tapi Andrea lebih gesit.
DOR!
Andrea menarik kerah baju Miko kembali ke bangku.
"Niat kabur, ya?"
Miko nyengir kaku. "Eh, mana ada... Gue cuma mau... eeh... stretching."
Andrea memelototinya.
Mereka saling menatap dalam diam.
Sampai akhirnya, Andrea menghela napas panjang.
"Miko."
"Hmm?"
"Lo suka gue?"
DEG!
Jantung Miko langsung lompat ke langit ketujuh.
Panik.
Gugup.
Bingung.
ERROR.
Tapi dia tetap berusaha pura-pura santai.
"Hahaha... aneh banget sih pertanyaannya, Andrea..."
Andrea menatapnya lekat-lekat.
Miko mencoba bertahan.
Tapi matanya gak bisa bohong.
Andrea tersenyum kecil.
"Gue suka lo."
Miko membeku.
Andrea menyandarkan kepalanya ke bahu Miko, menatap langit malam yang mulai berkilauan dengan bintang.
"Gue gak butuh jawaban sekarang."
"Gue gak peduli lo mau ngomong apa."
"Tapi gue tau lo juga suka gue."
Miko menoleh ke arahnya, ingin membantah.
Tapi dia tahu Andrea benar.
Mereka tidak butuh kata-kata.
Mereka sudah tahu jawaban masing-masing.
Miko mendesah pelan, lalu ikut menatap langit.
Mulut mereka berkata tidak.
Tapi mereka tahu…
Mereka saling suka.
Dan mereka tidak akan pernah melepaskan satu sama lain.
---
TAMAT.
(Atau mungkin... ini adalah awal dari kisah mereka?)
***
DISCLAIMER HAK CIPTA
Seluruh cerita pendek yang diposting di website www.iqbalnana.com merupakan karya orisinal yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku. Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh pemilik dan penulis situs ini.
Dilarang keras untuk:
1. Merepost (copy-paste) sebagian atau seluruh isi cerita ke platform lain tanpa izin tertulis dari pemilik situs.
2. Memperjualbelikan cerita ini dalam bentuk buku, e-book, video, audio, atau format lainnya tanpa izin resmi.
3. Menggunakan isi cerita untuk kepentingan komersial tanpa perjanjian dan persetujuan dari penulis.
Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat dikenakan tindakan hukum sesuai peraturan yang berlaku. Jika Anda menemukan kasus pelanggaran hak cipta terkait karya di website ini, silakan hubungi pihak pengelola situs untuk tindakan lebih lanjut.
Terima kasih telah mendukung karya orisinal dan menghormati hak cipta.
***