Anina si Anjing Hutan terkenal cerewet. Bukan karena suka ngomel, tapi karena idungnya aktif banget.
“Hmm… ada jejak semut lapar 3 meter ke arah utara.”
“Ada bunga bangkai mekar di balik bukit.”
“Eh Bono, kamu abis makan jamur goreng semalam ya? Masih ada aromanya.”
Hewan-hewan di Hutan Mutiara suka bingung—kadang Anina seperti detektor gosip, kadang kayak alarm bahaya.
“Aduh, Anin, idungmu itu… bisa nggak istirahat sehari aja?” keluh Riri si Rusa.
“Aku nggak bisa, Rir. Aku mencium masalah.”
Riri cuma geleng-geleng. Bono si Babi Hutan bahkan pernah dikira sembunyiin makanan cuma karena Anina nyium bau pisang dari celah tanah.
“Itu bukan pisang! Itu akar aromatik!” bela Bono.
“Hmm, kayaknya kamu butuh gosok gigi juga deh.”
Tapi pada suatu pagi, semua hewan bangun dengan perasaan aneh. Danau Tujuh Cahaya—tempat ngaca favorit burung-burung dan cuci kaki para rusa—bau amis dan aneh. Semua bingung, tapi tak ada yang tahu penyebabnya.
Anina?
Dia langsung bersin sepuluh kali.
“ATCHI! ATCHI! Aduh, ini bukan flu... Ini BAHAYA! Aku mencium... bahan kimia alami!” katanya.
“Bahan apa?”
“Sejenis racun. Bukan dari tumbuhan biasa. Ini pasti bocor dari akar pohon langka... atau... ada yang meracuni danau!”
Semua terdiam.
“Piko! Si pengelana! Terakhir kamu mandi di danau, kamu bawa apaan dari luar hutan?”
“Hanya sandal jepit daun... dan sebotol sari lumut dari hutan seberang.”
Setelah diinterogasi setengah serius oleh Anina (dengan hidungnya yang terus ngendus-endus), akhirnya ditemukan: ada batang akar beracun dari tanaman asing yang terbawa aliran sungai mini dari luar hutan, menyusup dan meresap ke danau!
Anina langsung memimpin evakuasi:
Momo dan Goro dikerahkan untuk mengusir burung dari tepi danau
Riri dan kawan-kawan rusa menarik daun besar sebagai penutup sumber air
Anina? Dia ikut ngambang sambil jadi “GPS hidup”—memberi arah ke sumber racun berdasarkan bau
Setelah seharian penuh ngendus, mengomando, dan bersin, akhirnya danau bisa diselamatkan. Semua bersorak!
Akhir Cerita:
Keesokan harinya, hewan-hewan menyelenggarakan pesta sederhana—dengan kue buah hasil lelehan getah dan madu lebah (jangan ditiru di dunia nyata ya).
“Anina, mulai sekarang kamu resmi jadi Pencium Masalah Nasional,” kata Bono sambil menyodorkan kalung daun berbentuk hidung.
“Yay!” Anina melompat senang, lalu... bersin.
“ATCHI! Tapi… ada satu masalah lagi.”
“Apa?”
“Siapa yang masak kue ini pake daun jambu busuk?!”
Pesan Moral:
Terkadang, orang yang cerewet bukan karena mereka suka mengganggu... tapi karena mereka bisa merasakan hal yang tidak dilihat oleh yang lain. Dan suatu hari, “cerewetnya” itu bisa menyelamatkan banyak nyawa.