Pada zaman dahulu, di sebuah padang rumput luas yang dikelilingi hutan lebat, hiduplah seekor anjing gembala bernama Gogo. Ia punya bulu cokelat keemasan, gigi tajam, dan hidung yang sangat peka. Tugasnya setiap hari adalah menjaga kawanan domba milik Pak Tani, menggonggong bila ada bahaya, dan mengusir penyusup.
Meski semua hewan memuji kesetiaannya, Gogo diam-diam merasa minder.
“Aku cuma anjing rumahan…
Lihat tuh Serigala! Bebas! Liar! Gahar! Sering jadi tokoh utama di film-film hutan!”
Ya, Gogo sangat iri pada Waru, seekor serigala abu-abu yang tinggal di hutan. Waru sering lewat di kejauhan, gagah dan penuh wibawa. Gogo sampai latihan menggonggong pakai suara rendah, lalu berjalan pelan-pelan dengan gaya galak. Tapi hasilnya… malah kayak masuk angin.
Suatu malam, Gogo nekat menyelinap ke hutan untuk mencari Waru.
“Aku mau belajar jadi serigala! Ajari aku!” seru Gogo sambil menunduk penuh harap.
Waru tertawa kecil, lalu duduk santai di atas batu.
“Lucu kamu. Aku justru ingin jadi kayak kamu.”
Gogo melongo. “Apa?! Kamu kan keren banget!”
Waru menjawab,
“Iya sih, keren di luar. Tapi aku gak punya tempat tetap. Makanan harus dicari susah payah. Kalau sakit, gak ada yang rawat. Sementara kamu? Kamu punya tempat tidur, teman domba yang percaya, dan manusia yang kasih makan tiap hari.
Kamu itu penjaga yang disayang dan dihormati. Aku hanya pengembara yang selalu dicurigai.”
Gogo terdiam. Telinganya menunduk perlahan.
“Tapi... aku gak liar, gak bebas kayak kamu…”
Waru tersenyum dan menepuk pundak Gogo dengan ekornya.
“Gak semua yang bebas itu bahagia. Dan gak semua yang punya tuan itu terkungkung.
Kita masing-masing punya peran. Dan peranmu... penting sekali.”
Keesokan paginya, Gogo pulang dengan langkah mantap. Ia tidak lagi mencoba jadi serigala. Ia kembali jadi anjing gembala yang bangga—penjaga kawanan, sahabat petani, dan pelindung hutan dari dalam pagar.
“Menjadi diri sendiri bukan hal memalukan. Yang penting, lakukan peranmu sebaik mungkin.”
Dan sejak itu, Gogo tak lagi iri. Ia tahu, di dunia ini tak ada satu peran yang lebih hebat dari peran lainnya—selama dijalankan dengan hati dan tanggung jawab.
Pesan Moral:
Jangan iri pada hidup makhluk lain. Tuhan sudah memberimu tempat dan tugas yang tepat. Yang penting, jalani dengan syukur dan bangga!