Selalu Berpikir dan Berbicara Positif: Untungnya Banyak, Ruginya Cuma Kalau Nggak Dilakuin

Pernah nggak sih, merasa kayaknya kita dikucilkan, nggak dianggap, dianak-tirikan (padahal bukan anak dari sinetron), atau bahkan jadi bahan omongan orang? Padahal setelah dicek dan ricek, ya… itu cuma perasaan kita aja. Tapi lucunya, walaupun itu cuma halusinasi sosial, yang stres tetap kita, yang makan hati ya kita, yang rugi? Ya, tetap kita. Rugi dua kali: rugi waktu dan rugi mental.

Nah, di sinilah pentingnya berpikir dan berbicara positif. Bukan sekadar quotes IG estetik, tapi memang amunisi utama untuk bertahan hidup dengan waras, damai, dan nggak cepat tua gara-gara overthinking berjemaah.

Apa sih Berpikir dan Berbicara Positif Itu?

Secara umum, berpikir positif adalah kebiasaan melihat sisi baik dari setiap situasi. Bukan berarti kita jadi naif atau mengabaikan masalah, tapi kita memilih untuk fokus pada solusi, pelajaran, dan hikmah di balik setiap kejadian.

Sementara berbicara positif adalah seni menyampaikan sesuatu tanpa bikin orang lain down, tanpa ghibah, tanpa makian, dan tanpa kalimat “Ya, tapi dia kan emang…”.

Dalam Islam, berpikir positif dikenal dengan husnudzon — berbaik sangka. Baik sangka kepada Allah, kepada sesama manusia, bahkan kepada diri sendiri. Dan berbicara positif adalah bagian dari qaulan sadida (perkataan yang benar), qaulan layyina (perkataan yang lembut), dan qaulan ma’rufa (perkataan yang baik).

Contoh Berpikir dan Berbicara Positif:

Berpikir:

“Kayaknya dia nggak balas chat karena sibuk, bukan karena males temenan sama aku.”

“Bos kayaknya bukan galak, cuma kurang kadar senyumnya aja.”

“Mungkin aku emang perlu belajar lebih banyak, bukan berarti aku bodoh.”

Berbicara:

Daripada bilang: “Gila, tuh orang nyebelin banget!”
Coba ganti dengan: “Mungkin dia lagi punya hari yang buruk, kita sabar aja dulu.”

Daripada nyinyir: “Pakaiannya norak amat.”
Lebih baik diem, atau kalau pengen banget komentar, bilang: “Gayanya unik, beda dari yang lain.”

Keuntungan Berpikir dan Berbicara Positif

Mental Lebih Sehat
Overthinking itu melelahkan, dan kadang cuma berdasarkan asumsi level sinetron. Kalau kita terbiasa berpikir positif, hidup jadi lebih enteng dan damai. Nggak capek sendiri.

Lingkungan Jadi Nyaman
Siapa sih yang betah temenan sama orang yang tiap ngomong isinya keluhan dan gunjingan? Orang yang positif itu kayak AC portable — adem di mana pun berada.

Pahala Mengalir
Dalam Islam, berkata baik itu ibadah. Nabi SAW bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim). Jadi, ngomong baik itu bukan cuma sopan santun, tapi tabungan akhirat juga.

Membentuk Karakter Hebat
Kalau kita terbiasa melihat sisi baik, kita jadi pribadi yang lebih sabar, bijak, dan tahan banting. Bonusnya? Inner beauty naik drastis.

Tapi Gimana Kalau Emang Ada yang Salah?

Kadang kita mikir, “Tapi dia emang salah! Masak nggak boleh dibahas?”
Boleh, tapi bukan dibahas ke seluruh penjuru WhatsApp group. Kekurangan orang lain sebaiknya jadi bahan introspeksi, bukan bahan gosip.

Mungkin Allah nunjukkin kesalahan orang lain itu bukan buat kita nge-judge, tapi buat ngingetin:

"Jangan sampai aku juga kayak gitu."

Penutup yang Nggak Ngebosenin

Hidup ini udah cukup berat dengan tagihan, cicilan, dan isi komentar netizen. Jangan ditambah dengan beban dari prasangka sendiri. Berpikirlah positif, berbicaralah yang baik, walau kadang terasa susah. Karena setiap kata yang keluar dan pikiran yang tertanam, pelan-pelan membentuk siapa kita di masa depan.

Ingat: Berpikiran buruk rugi, walau benar. Berpikiran positif untung, walau belum tentu benar. Tapi minimal, hati kita tetap sehat.

Catatan: Karena saya bukan ustadz, bila ada tulisan atau pernyataan yang salah, mohon dikoreksi. Terima Kasih.