3.5.25

Rantai Reaksi Rico - Dongeng



Pagi hari, udara segar menyelimuti gang kecil di pinggiran kota. Seekor kucing oranye tidur pulas di atas keset rumah orang, mendengkur damai.

Datanglah Rico, seorang pemuda pongah dengan gaya sok cool. Rambutnya disisir ke belakang, jaket kulitnya tak sesuai cuaca tropis. Ia berjalan melewati kucing itu, mendengus.

“Dasar pemalas, mentang-mentang kucing, tidur di mana aja!”
BRAK! — satu tendangan kecil mendarat di perut si kucing.

Kucing itu melompat panik! Ia berlari sembarangan, melewati pagar, naik ke meja, dan…

PRANGGG!
Vas bunga antik milik Bu Rini jatuh dan pecah berantakan.

Bu Rini keluar, mukanya merah padam. Melihat anaknya, Dino, berdiri di dekat jendela, ia langsung menuduh.

“Dino! Kamu lagi main bola di dalam rumah, ya?! Mama udah bilang!”
“Tapi Ma, aku…”
“Udah, jangan ngeles!”

Dino menunduk, matanya berkaca-kaca.
Ia berangkat sekolah dengan hati kesal.

Di kelas, Dino duduk dengan gelisah. Lalu temannya, Kevin, menyenggol dan berkata:

“Bro, rambut lo kayak dilempar sapu, hahaha!”
Dino langsung bangkit, emosi meledak.
“Lo kayak ember bocor aja banyak omong!”
Mereka dorong-dorongan. Anak-anak lain ikut teriak. Suasana kelas jadi rusuh.

Pak Surya, guru mereka, masuk dengan wajah kaget.

“Apa-apaan ini?! Kalian semua dihukum berdiri satu jam di lapangan!”

Sore harinya, Pak Surya melapor ke grup orang tua.

“Hari ini terjadi keributan di kelas. Semua siswa saya beri sanksi.”

Bu Ratna, salah satu orang tua murid, membaca pesan itu.
Mukanya langsung tegang, kemudian mendelik ke suaminya.

“Anak kita dihukum di sekolah! Kamu tuh ngajarinnya apa sih di rumah, hah?!”

Pak Danu, yang baru pulang kerja, lelah dan lapar, cuma bisa diam.
Malamnya, ia duduk termenung sambil membuka laptop.

“Besok gue inspeksi dadakan. Lihat aja siapa yang bikin naik darah di kantor.”

Keesokan paginya…

Di kantor, suasana tegang. Semua staf mendadak rajin.
Kecuali satu orang di pojok ruangan...
Rico, yang sedang main game di layar komputer.

Pak Danu mendekat.

“Rico, mana laporan akhir bulan?”
“Eh… saya belum sempat, Pak. Lagi proses.”
“Proses dua minggu?”
(hening)

Pak Danu menatap Rico lekat-lekat, lalu menghela napas.

“Rico, kamu tidak perlu datang lagi mulai hari ini.”

Rico hanya diam. Shock.
Ia keluar dari kantor sambil bengong.

“Kok tiba-tiba gue dipecat? Padahal cuma main game…”

Sambil jalan, dia menendang batu kecil di trotoar.
Lalu...
seekor kucing oranye lewat di depannya dan menatap tajam.
Rico melirik...

“Hah? Kucing? Jangan bilang lo yang bikin gue sial...”

Hikmah:

Satu tindakan kecil yang egois bisa memicu rantai reaksi panjang yang merugikan banyak orang—termasuk diri sendiri.
Bukan karena karma, tapi karena sikap buruk itu seperti virus: menular, dan balik menghantam di saat tak terduga.

Previous Post
Next Post

Author:

Iqbalnana.com

Iqna menyajikan berbagai cerita pendek, kisah inspiratif, dan tips gaya hidup yang menyegarkan. Temukan template kreatif, gambar menarik, dan konten hiburan yang menginspirasi di sela waktu senggang anda.